Perjalanan yang saya lakukan pada hari pertama di Vietnam menggunakan sepeda motor. Ya,sepeda motor,walaupun saya tidak memiliki SIM,saya mencoba berkendara menggunakan sepeda motor,dan memang di Vietnam,hampir seluruh warganya menggunakan sepeda motor,jarang sekali ada yang menggunakan mobil,disamping karena lahan parkir yang terbatas,banyak kasus pencurian spion,emblem mobil dan lain sebagainya yang bersangkutan dengan mobil. Ternyata tidak hanya di Indonesia kasus seperti ini.
Kebanyakan kendaraan disana menggunakan sepeda motor matik,tinggal gas dan rem,jalan deh. Harga sepeda motornya pun tidak main-main,bisa mencapai 80 juta rupiah. Hampir semuanya build up,kendaraan bebek macam di Indonesia jarang saya temui di sepanjang perjalanan.
Untuk arus lalu lintas saya katakan lebih rumit daripada di Indonesia, hampir sama seperti di Bangkok,walau di Bangkok lebih banyak mobil lalu lalang. Saya tidak sempat mengambil foto kondisi berkendara disana,tetapi jika anda tertarik,kunjungilah youtube dan search Vietnam trafic,maka anda akan menyaksikan bagaimana keruwetan lalu lintas disana. Tapi satu yang harus saya acungi jempol adalah kesabaran warganya dalam berkendara,jarang ada yang menggunakan klakson,tidak membuat suasana semakin panas.
Ketika berkendara hampir semua orang menggunakan masker,bayangkan saja sepeda motor betebaran dimana-mana,asap knalpot tentu akan mengganggu pernafasan. Saya pernah terjebak didalam kemacetan, pukul 4 sore ketika para pekerja pulang,dan saya tidak menggunakan masker,rasanya pedas sekali di mata dan ketika bernafas.
Untuk helm,tidak ada ketentuan tertentu disana,tidak seperti di Indonesia yang mewajibkan warganya untuk memakai helm SNI,disana memakai helm batok masih diperbolehkan,saya berani berkendara tanpa memiliki SIM karena postur tubuh warga Vietnam berkisar antara 150 cm- 170 cm. Dan wajahnya mirip dengan Chinese,selama tidak melanggar peraturan tentu tidak ada masalah bukan?
Saya tidak menemui polisi yang berjaga-jaga di perempatan jalan atau di sudut-sudut kota,sungguh sebuah pemandangan yang aneh. Ataukah karena disana lebih aman daripada Indonesia? Entahlah.
Kebanyakan kendaraan disana menggunakan sepeda motor matik,tinggal gas dan rem,jalan deh. Harga sepeda motornya pun tidak main-main,bisa mencapai 80 juta rupiah. Hampir semuanya build up,kendaraan bebek macam di Indonesia jarang saya temui di sepanjang perjalanan.
Untuk arus lalu lintas saya katakan lebih rumit daripada di Indonesia, hampir sama seperti di Bangkok,walau di Bangkok lebih banyak mobil lalu lalang. Saya tidak sempat mengambil foto kondisi berkendara disana,tetapi jika anda tertarik,kunjungilah youtube dan search Vietnam trafic,maka anda akan menyaksikan bagaimana keruwetan lalu lintas disana. Tapi satu yang harus saya acungi jempol adalah kesabaran warganya dalam berkendara,jarang ada yang menggunakan klakson,tidak membuat suasana semakin panas.
Ketika berkendara hampir semua orang menggunakan masker,bayangkan saja sepeda motor betebaran dimana-mana,asap knalpot tentu akan mengganggu pernafasan. Saya pernah terjebak didalam kemacetan, pukul 4 sore ketika para pekerja pulang,dan saya tidak menggunakan masker,rasanya pedas sekali di mata dan ketika bernafas.
Untuk helm,tidak ada ketentuan tertentu disana,tidak seperti di Indonesia yang mewajibkan warganya untuk memakai helm SNI,disana memakai helm batok masih diperbolehkan,saya berani berkendara tanpa memiliki SIM karena postur tubuh warga Vietnam berkisar antara 150 cm- 170 cm. Dan wajahnya mirip dengan Chinese,selama tidak melanggar peraturan tentu tidak ada masalah bukan?
Saya tidak menemui polisi yang berjaga-jaga di perempatan jalan atau di sudut-sudut kota,sungguh sebuah pemandangan yang aneh. Ataukah karena disana lebih aman daripada Indonesia? Entahlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar