Beberapa hari ini saya semakin jengkel dengan tarif parkir motor yang tidak jelas manfaat dan kegunaan dari membayar parkir. Ambil saja contoh tarif di stasiun kereta api Gubeng Surabaya. dimulai dari 1 jam pertama seharga 2.000 rupiah kemudian progresif setiap jamnya menambah 1.000 rupiah sampai 6 jam kedepan.
Meniru Jakarta? Mungkin saja,karena keterbatasan lahan yang semakin nyata. Tapi apa sih yang diperoleh dari pengunjung melalui pembayaran tarif parkir sebegitu mahalnya? TIDAK ADA ! Parkirannya masih saja di sisi pojok tanpa ada peneduh. Hujan kehujanan,panas kepanasan. Tidak ada perubahan yang berarti. Yang ada pemilik lahan hanya cari untung. Titik !
Ada lagi lahan di Spazio,di kawasan Surabaya barat. Tarif parkir 4.000 rupiah. Lahan parkir? Berdesakan seperti ikan pindang,sepeda motor untuk tamu rasanya menyedihkan. Bahkan saya rasa lahannya itu lahan sisa-sisa yang memang bukan diperuntukan untuk sepeda motor.
Rumah sakit Mitra Keluarga juga sama parahnya. Parkir untuk karyawan saja,saya rasa kurang memadai,apalagi jika ada marketing dan lain sebagainya. Dimata saya itu rumah sakit mahal yang hanya menerima tamu bermobil. Imej itu lekat di kepala saya hingga sekarang. Motor ? Silahkan parkir dibelakang.
Saya bukan berantipati dengan tarif tersebut. Tapi tidak ada hal yang menguntungkan yang saya peroleh. Tujuan saya bersepeda motor adalah efisiensi waktu mengingat kemacetan semakin parah. Tapi semakin saya rasakan imej sepeda motor adalah TIDAK PUNYA UANG, KERE,WARGA KELAS 2,serasa warga yang tidak diharapkan kehadirannya. Kecuali Harley Davidson yang datang mungkin penyambutannya akan berbeda.
Mengharapkan sebuah perubahan? Lebih baik tidak berharap daripada bermimpi di siang bolong. Mau tau alasannya? Beberapa developer properti yang sempat saya tanyai tidak memikirkan lahan parkir motor. Kenapa? Ngapain juga buang-buang lahan untuk orang tidak beruang. Sebuah Fakta menyakitkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar