Pernahkah anda bermimpi menjadi pedagang? Ini adalah salah satu kisah saya. Dalam berdagang terutama restoran ataupun rumah makan,keuntungan terbesar diperoleh dari menjual minuman. Tapi hal tersebut tidak dapat dinikmati apabila makanan tersebut dibawa pulang.
Jika dilihat dari sudut pandang pembeli,saya pun sering kali membeli makanan tanpa minum, karena harga minuman tidaklah murah,jika membandingkan harga dengan bekal dari rumah atau beli ke mini market. Sungguh disayangkan jika harus membuang uang untuk membeli air putih atau teh.
Bayangkan saja,satu minuman kemasan air putih seharga seribu rupiah dijual rata-rata tiga ribu rupiah. Keuntungan yang dapat diperoleh sebesar 200%. Dibandingkan anda menjual makanan, contoh mudah menjual ayam goreng,orang sering menyepelekan pernak perniknya. Mari kita sebut dari kecap manis,sambal,lalapan (timun,kemangi). Hal seperti itu sederhana tapi jika dihitung hitung ya keuntungan tidak sampai 50%.
Belum lagi sambal,bila membeli ayam,meminta sambal banyak,jika harga cabai murah tidak ada masalah. Bayangkan jika hargai cabai meroket mencapai 100 ribu/ kg. Harap diingat kalau makanan jika dimasukan kulkas atau frezer tidak akan bertahan lama.Jika tidak laku apa yang harus dilakukan? Salah satu solusi dibuang,daripada menjadi masalah dikemudian hari. Makanya sekarang makanan berformalin merajalela,karena orang tidak mau merugi.
Orang selalu berkata berdagang makanan itu enak,dibayar kontan,tidak ada yang berhutang. Buktinya warung juga banyak yang diutangi oleh langganannya. Betul tidak?
Ini juga salah satu kisah ronde "inge chen" yang dikenal di daerah Surabaya Barat. Ia berdagang ronde angsle dari sore hingga pukul 1 pagi. Tapi harap diingat bahwa produksinya dimulai dari pagi hari. Mulai dari membeli bahan baku ke pasar,membuat ronde, dan lain sebagainya. Tidak seperti orang kantor dari pagi jam 8 hingga pukul 4 atau 5 sore sudah pulang. Itulah harga yang harus dibayar. Jangan hanya melihat mudahnya saja. Tetapi wajib untuk mengetahui kerja keras di balik hal tersebut.
Jika dilihat dari sudut pandang pembeli,saya pun sering kali membeli makanan tanpa minum, karena harga minuman tidaklah murah,jika membandingkan harga dengan bekal dari rumah atau beli ke mini market. Sungguh disayangkan jika harus membuang uang untuk membeli air putih atau teh.
Bayangkan saja,satu minuman kemasan air putih seharga seribu rupiah dijual rata-rata tiga ribu rupiah. Keuntungan yang dapat diperoleh sebesar 200%. Dibandingkan anda menjual makanan, contoh mudah menjual ayam goreng,orang sering menyepelekan pernak perniknya. Mari kita sebut dari kecap manis,sambal,lalapan (timun,kemangi). Hal seperti itu sederhana tapi jika dihitung hitung ya keuntungan tidak sampai 50%.
Belum lagi sambal,bila membeli ayam,meminta sambal banyak,jika harga cabai murah tidak ada masalah. Bayangkan jika hargai cabai meroket mencapai 100 ribu/ kg. Harap diingat kalau makanan jika dimasukan kulkas atau frezer tidak akan bertahan lama.Jika tidak laku apa yang harus dilakukan? Salah satu solusi dibuang,daripada menjadi masalah dikemudian hari. Makanya sekarang makanan berformalin merajalela,karena orang tidak mau merugi.
Orang selalu berkata berdagang makanan itu enak,dibayar kontan,tidak ada yang berhutang. Buktinya warung juga banyak yang diutangi oleh langganannya. Betul tidak?
Ini juga salah satu kisah ronde "inge chen" yang dikenal di daerah Surabaya Barat. Ia berdagang ronde angsle dari sore hingga pukul 1 pagi. Tapi harap diingat bahwa produksinya dimulai dari pagi hari. Mulai dari membeli bahan baku ke pasar,membuat ronde, dan lain sebagainya. Tidak seperti orang kantor dari pagi jam 8 hingga pukul 4 atau 5 sore sudah pulang. Itulah harga yang harus dibayar. Jangan hanya melihat mudahnya saja. Tetapi wajib untuk mengetahui kerja keras di balik hal tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar