Bertanya kepada Google atau manusia? Beberapa tahun kebelakang,manusia lebih suka bertanya kepada manusia daripada ke Google,sekarang kebalikannya. Penyebabnya? Kebanyakan manusia ketika ditanya tidak memiliki empati,menjawab dengan acuh tak acuh,bahkan menyesatkan.
Ambil contoh mengenai petunjuk jalan. Saya seringkali bertanya kepada penduduk setempat, seperti tukang becak mengenai alamat yang akan saya tuju, jawabannya akan saya peroleh dengan mudah dan diberi penjelasan secara ramah.
Mebandingkan dengan sekarang,jawaban tidak tahu,bahkan jika orang itu dalam keaddan mood tidak baik maka kita akan disesatkan ,hal tersebut bukan hanya saya alami sekali dua kali,melainkan berkali kali. Maka Google map menjadi andalan dalam pencarian alamat hingga sampai tujuan. Jarak tempuh beserta perkiraan kedatangan akan kita ketahui dengan mudah.
Belum lagi untuk pertanyaan sederhana,kita bisa langsung bertanya ke google walau jawabannya belum tentu valid tetapi jawaban yang didapatkan cepat. Coba bertanya kepada manusia jawaban tidak tahu,tidak mengerti dan lain sebagainya akan kita dapatkan dengan mudahnya. Belum lagi jika kita dibodoh-bodohkan oleh sang pemberi jawaban.
Google itu buatan manusia,anak kecil pun terkadang lebih suka bertanya pada google daripada ke orang tua ,karena kesibukan orang tua atau karena kecuekan orang tua,yang repot adalah ketika disuruh menghafal mereka dengan entengnya menjawab kan ada Google,jadi ngapain juga repot repot belajar. tinggal tanya Google.
Jika anda tidak memiliki akses internet anda akan kelimpungan, pengetahuan minim untuk bertahan di alam terbuka adalah tantangan tersendiri. apakalah google perusak komunikasi antar manusia? Jawabannya tidak.
Google adalah alat yang berfungsi mendukung proses belajar seseorang,bukan menjadikan kita bergantung sepenuhnya kepada Google. dengan begitu banyaknya aplikasi yang memudahkan malah membuat kita malas untuk berkembang. apa jadinya jika google tidak ada? Apakah dunia akan kiamat? Kembali jawabannya tidak. Malah komunikasi antar manusia akan lebih terjalin secara real. Apakah bisa? Coba saja anda praktekkan kehidupan tanpa gadget dan internet selama 1 minggu. Anda akan menemukan jawaban bahwa anda bisa.