Jumat, 17 Juli 2015

Komplain...Komplain...Komplain...

     Seorang kawan menggerutu mengenai keadaan ekonomi sekarang,mulai dari sepinya toko,keadaan yang tidak kondusif,pertikaian dimana-mana,USD yang  nilai tukarnya mencapai kisaran 13.500 rupiah.Bahkan mengenai kebijakan pemerintah ia persoalkan.
     Saya yang mendengarkannya menjadi jengkel,walau hal tersebut memang fakta yang terjadi di lapangan. Tetapi untuk apa juga kita mengeluh dan tidak melakukan perubahan apapun selain menjadi komentator. Toh dia juga tidak berbuat apapun. Memang paling mudah menjadi komentator,menjadi hakim akan segala tindakan tetapi tidak melakukan tindakan apapun.
     Dipercakapan selanjutnya ia bertanya pekerjaan apa ya yang enak,bisa menghasilkan banyak uang,tidak perlu banyak upaya,dan kompetisi ? Kalau misalkan pun ada yang menemukannya pun belum tentu berbagi bukan? Yang ada ya dikerjakan sendiri,ngapain juga bagi-bagi informasi. Malah menambah seorang pesaing. Nah kan jadi dilema bukan?
      Jika menggerutu menyelesaikan masalah maka orang yang paling sukses adalah penggerutu. Tapi yang bisa memecahkan masalah adalah orang yang melakukan tindakan,jika gagal dicemooh tetapi bila sukses bisa jadi pelakunya tidak mendapatkan apapun,karena MEMANG SUDAH KEWAJIBAN  untuk melakukan perubahan.
      Pada akhirnya penonton,tukang kritik hanya bisa dibungkam dengan hasil nyata,tapi apapun yang anda lakukan selalu ada haters bukan ? Jadi peduli amat dengan mereka semua. Toh penonton ya kerjaannya cuma melihat orang yang bekerja,tidak melakukan apapun dan mengkritik sesuatu bila keadaan tidak sesuai dengan keinginan mereka, dan hanya bungkam bila keadaan baik-baik saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar