Jumat, 31 Januari 2014

Pernak Pernik Imlek

     Bagi yang merayakan tahun baru kalender Chinese 2065,Gong Xi Fa Cai, bagi yang tidak merayakannya saya ucapkan selamat menikmati libur panjang.
     Bagi orang awam,Chinese New Year atau Imlek selalu berkaitan dengan kertas merah atau Hongbao yang kebanyakan orang salah tulis menjadi angpao. Hong berarti Merah bao berarti kertas,maka disebut kertas merah.Hongbao biasanya diberikan kepada anak-anak kecil ataupun seseorang yang masih belum menikah,isi dari hongbao tersebut biasa berkisar antara lima ribu rupiah hingga ratusan ribu.
     Ada pula Cheongsam,pakaian khas China yang dipakai ketika merayakan Imlek. Dengan warna merah menyala,sungguh menyolok mata.
     Imlek di China sendiri adalah saat berkumpul bersama keluarga besar,karena libur panjang di China hanyalah ketika imlek. Bisa libur hingga 2 minggu. Dapat diibaratkan lebaran jika di Indonesia. Kultur imlek sendiri kurang lebih sama seperti lebaran,saling berkunjung ke saudara,apabila ada nenek atau kakek maka disitulah tempat berkumpul para sanak dan saudara.
     Saya sendiri sudah lama tidak merayakan Imlek. Disamping sudah tidak ada kakek dan nenek,keluarga besar ayah sudah terpencar,sedangkan keluarga ibu ada di Bandung sedangkan saya tinggal di Surabaya.Maka saya menikmati Imlek sebagai waktu untuk beristirahat.
     Kultur Imlek bagi generasi ketiga,sudah mulai luntur,karena faktor tak ada lagi keluarga besar. Bandingkan dengan generasi pertama,sepasang suami istri memiliki anak 8 hingga 12 orang.Pastilah akan menjadi ramai. Generasi ke dua me-maintenence karena masih banyaknya saudara yang tersebar. Sedangkan generasi ketiga rata-rata hanya memiliki satu hingga hanya dua bersaudara. Dan tak ada lagi faktor pengikat seperti kakek atau nenek. Maka berpusat hanya ke keluarga inti.
     Sekian tulisan untuk hari ini,ada banyak pernak-pernik mengenai Imlek itu sendiri,tapi saya rasa sudah waktunya mengakhiri tulisan ini. Akan saya coba lanjutkan di lain kesempatan.

Kamis, 30 Januari 2014

Asal Menulis

     Waktu sudah menunjukkan pukul 23:21 WIB. Duduk diam dihadapan laptop,tak tahu harus menulis apa. Ketika sedang berada di jalan raya, banyak pemikiran yang terbesit di dalam kepala,tetapi tidak dapat tertuang karena di masih harus menyetir dan sekarang isi kepala kosong.
     Mungkin ini yang disebut kebuntuan dalam menulis. Yang ada hanyalah draft yang penulisannya menunggu untuk diselesaikan. Tapi mood untuk melanjutkan tulisan yang masih berupa draft belum saya peroleh.
     Sempat terbesit niat menunda untuk menulis di blog ,tapi apabila ditunda sama saja dengan hutang. Kalau sudah hutang makin malaslah untuk menulis. Karena keesokan harinya harus menulis dua kali. Dan bertambahlah beban untuk menulis.
     Menulis haruslah menyenangkan,toh apapun bisa ditulis. Seperti tulisan ini. Penulisan blog bukan artikel yang harus penuh dengan fakta akurat,ataupun makalah yang harus dipertanggungjawabkan kepada siapapun. Menulis di blog bagi saya sekarang adalah merunut cerita agar enak dibaca. Itu saja.
      Ternyata menulis tulisan tanpa arti seperti ini saja memakan waktu hingga 15 menit,apalagi kalau membuat tulisan yang aktual, penuh fakta,terpercaya dan memiliki nilai ilmiah? Tak apalah,anggap ini pelatihan untuk tetap berkomitmen.

Rabu, 29 Januari 2014

Sate Padang

Sate Padang

     Anda pengemar sate? Kalau sate ayam,sate daging maupun kambing mungkin sudah sangat familier. Tapi pernahkah mencoba sate padang? Ini adalah salah satu menu favorit saya apabila datang ke rumah makan padang. Bagi beberapa orang ketika datang ke rumah makan padang yang dicari kalau tidak ayam pop ya mungkin rendang.
     Sate padang adalah sate yang memiliki citarasa yang unik,dibandingkan sate pada umumnya yang bersaus kacang. Sausnya terbuat dari percampuran aneka macam rempah,tepung beras dan sagu. Kuahnya kental dengan taburan bawang goreng diatasnya. Menambah nikmat rasanya. Dapat pula ditambah ketupat sebagai padu padannya.
     Sate ini berbahan dasar lidah,walaupun bisa diganti dengan daging,karena tidak semua orang menyukai lidah sapi,menurut saya pribadi tekstur dari lidah sapi lebih pas untuk dimakan karena lebih liat daripada daging itu sendiri. Bahkan di beberapa tempat penjual sate, diganti dengan paru ataupun jantung sapi,karena harga lidah sapi mahal.
     Saya pertama kali mencoba sate ini diajak seorang teman. Ia tidak pernah mengucapkan apa isi dari sate itu sebelum saya memakannya. Saya pun tertantang mencobanya. Berhubung saya tidak pernah pantang memakan apapun yang ada di meja maka saya pun melahapnya tanpa rasa curiga. Ketika saya selesai makan ia baru menceritakan apa isi dari sate padang itu. Yaitu lidah sapi. Bagi saya lidah itu makanan normal,karena terkadang saya memakan semur lidah sapi.
     Tips memakan sate padang. Ketika makan jangan membayangkan wujud mentahnya. Karena beberapa orang sudah jijik terlebih dahulu sebelum mencoba memakannya karena membayangkan lidah sapi itu sendiri,padahal kalau boleh jujur lebih berbahaya makanan olahan sebangsa nugget karena tidak tahu dari daging bagian manakah ia berasal.
     Hidup cuma sekali,cobalah mengeksplorasi aneka makanan yang tersebar di seluruh penjuru dunia,jangan hanya melulu makan daging ayam maupun sapi yang digoreng maupun dikuah. Jika anda masih muda cobalah beraneka macam makanan,menambah pengetahuan dan pengalaman. Tidak perlu menjadi pakar makanan layaknya Bondan Winarno. Tetapi untuk mengetahui bagaimana setiap suku maupun bangsa mengolah makanan yang berbeda-beda.Selamat mencoba.

Selasa, 28 Januari 2014

Review Film : Escape Plan


     Anda pengemar Sylvester Stallone (67 tahun) dan Arnold Schwarzenegger (66 tahun)? Maka jangan lewatkan film action ini.Film yang menunjukkan eksistensi para aktor kawakan bahwa di usia senja mereka masih berkarya. 
     Film ini mengisahkan tentang pekerjaan Ray Breslin (Stallone) sebagai pakar pembobol penjara yang terkemuka,diberi tantangan seorang yang tak dikenal untuk meloloskan diri dari penjara yang diklaim sebagai tempat teraman di dunia,dengan bayaran yang menggiurkan. Maka kesepakatan pun terjadi.
     Seiring dengan berjalannya cerita Ia bertemu dengan Emil Rottmayer (Arnold Schwarzenegger) untuk bahu membahu untuk meloloskan diri dari penjara. Cerita pun bergulir dengan latar belakang penjara dari awal,pertengahan,hingga akhir cerita. Tidak ada adegan kejar-kejaran mengingat faktor usia para aktor. Tetapi adegan baku hantam beserta tembak-tembakan masih menghiasi film ini. Terutama dengan machine gun yang selalu bersanding dengan Arnold Schwarzenegger dalam setiap film yang dibintanginya
     Film dengan ending yang mudah ditebak. Bagi para pengemar film action,film ini menghibur tanpa harus berpikir dengan rumit. Dengan durasi 115 menit,waktu tak terasa ketika menikmati film ini.

Senin, 27 Januari 2014

Menjadi Panitia Reuni Part 2


     Hal yang cukup rumit dalam mengadakan acara reuni adalah menghadirkan para anggotanya. Acara reuni itu ibaratnya acara pernikahan. Kalau tidak memiliki hubungan yang dekat maka memilih tidak datang. Nah sama juga dengan acara reuni,syarat dan ketentuan berlaku,apalagi sudah tidak berjumpa selama 15 tahun. Misal,Mr S akan datang jika anggota yang datang berjumlah 15 orang keatas. Karena ia datang jauh-jauh dari luar kota hanya demi bereuni.
     Sebagai panitia saya harus mengkontak siapa yang kira-kira bisa datang. Ketika ditanya rata-rata berujung wait and see. Lihat dulu siapa yang bakal datang. Kalau seperti ini siapa yang akan memulainya? Saya mencoba melobi teman yang dekat dengan saya. Memulai secara personal. Satu per satu dihubungi untuk memastikan kedatangannya. Anggap seperti jaringan MLM teman akan mengajak teman.
     Akhirnya teknik yang ini bisa dikatakan berhasil,beberapa orang konfirmasi akan datang,walau ada beberapa belum dapat memastikan kehadirannya. Tak apalah pikirku,sebagai permulaan cukup bagus.Pada hari H cukup banyak mengatakan datang. Tinggal menunggu kehadirannya. Kendala tetap saja ada. Dimulai dari mereka yang bekerja kantoran,ada beberapa yang rapat dadakan,sehingga tidak bisa datang,ada pula yang tak memberi kabar hingga hari H.
     Pukul 19:00 saya datang ke tempat yang telah ditentukan. Baru satu orang yang telah muncul. Waktu telah menunjukan pukul 19:30 hanya saya berdua,sembari was-was bagaimana dengan yang lain. Kok belum datang? Akhirnya satu per satu mereka hadir. Dari yang jumlahnya sekitar 20an yang datang susut hingga menjadi 13 orang. Karena ada beberapa permasalahan di tempat pekerjaan.
     Bagi saya ini adalah sebuah kebahagiaan tersendiri ketika berhasil mencari dan mengumpulkan beberapa teman yang terhilang,walaupun masih jauh dari kata sukses tapi menjadi sebuah pengalaman baru,tantangan yang bisa saya lewati dalam kurun waktu kurang lebih 3 bulan. Sekedar bertegur sapa menanyakan kabar,waktu 2 jam tersebut cukup banyak untuk mengetahui apa yang mereka kerjakan selama ini. Tidak ada keuntungan pribadi,yang ada hanyalah semangat untuk mengenang masa lalu.

Minggu, 26 Januari 2014

Menjadi Panitia Reuni Part 1


Reuni Setelah 15 tahun tak bersua

     Pernah menjadi panitia untuk acara reuni sekolah? Baru-baru ini saya mengalaminya. Dimulai dari rasa ingin tahu bagaimana kabar teman-teman SD Kristen Petra 2 Kapasan tahun 1992-1998. Sekedar info,dahulu dari TK hingga kelas enam SD,kami selalu bersama-sama disebabkan hanya ada satu kelas yang hanya tersedia jadi kurang lebih hampir 8 tahun menempuh pendidikan dan pertemanan yang berkesinambungan.
     Delapan tahun adalah waktu yang cukup lama untuk mengenal masing-masing dari pribadi.Karena pertemanan selama delapan tahun tersebut,kami mengenal nama orang tua yang lain. Pada jaman dahulu "olok-olokan" nama orang tua menjadi hal yang sering didengar. Bahkan hingga sekarang ada beberap dari mereka masih hafal dengan nama orang tua yang lain.
     Ternyata menjadi panitia itu tidak mudah,mulai dari mencari para anggotanya,yang tersebar hingga mancanegara yang beberapa tak diketahui rimbanya. Hingga mencocokkan jadwal agar bisa meluangkan waktu untuk sekedar datang bereuni. Membutuhkan waktu hingga 3 bulan untuk menemukan 30 orang yang tersebar di belahan dunia. Hyperbola banget yang nulis. :p
     Jadwal pun mulai saya atur.Dimulai dari pemilihan hari,opsi Sabtu dan Minggu dihilangkan disebabkan hari tersebut undangan pernikahan maupun acara keluarga biasanya padat. Maka saya jatuhkan pada hari Jumat,karena hari terakhir bekerja para pekerja pada umumnya.
     Pemilihan pekan juga harus saya pertimbangkan,karena ada beberapa yang dari luar kota hendak melowongkan waktu untuk datang sekaligus untuk jalan-jalan di Surabaya. Akhirnya saya putuskan untuk diadakan hari Jumat tanggal 13 Desember 2013. Momennya pun pas menjelang liburan sekolah maka mereka bisa mengajak anak-anaknya untuk datang bersama. Walaupun tidak bisa mengakomodasi semua.
     Permasalahan kedua,acaranya diadakan dimana? Pemilihan lokasi harus dipertimbangkan,tempat tinggal yang tersebar di belahan Surabaya harus bisa diakses oleh semua. Setelah dipertimbangkan maka saya memilih Surabaya Pusat. Dari manapun anggotanya tidak terlalu jauh untuk diakses.
     Pertanyaan ketiga. Mau makan apa? Hampir semua akan berkata,terserah,kemana saja ok. Jawaban yang membuat kepala berkunang-kunang. Dengan asumsi yang datang kurang lebih 20 hingga 30 orang maka sedikit tempat yang sanggup menampung. Maka saya pilih food court. Menu makanan yang bervariasi,mereka pun dapat memilih yang sesuai selera dan dapat disesuaikan dengan isi kantong.To be continued...

Sabtu, 25 Januari 2014

Barang Kesayangan

     Punya barang kesayangan? Saya sendiri mempunyai barang kesayangan yaitu buku. Bagi penggemar buku,ketika melihat buku dibuka lebar-lebar rasa takut halaman buku akan terlepas dari sampulnya,ketika buku terjatuh ke lantai jadi kotor,membaca buku ditekuk membuat bentuknya menjadi menggelembung, membaca di meja makan takut kena kuah atau saos dari makanan. Pembawaannya paranoid.
     Dahulu saya memandang lucu dulu para kolektor tas yang setiap hari pekerjaannya memandangi, membersihkan tas setiap hari sembari menonton televisi. Tas tertata rapi di lemari kaca bahkan ada yang masih kondisi terbungkus rapi,tapi jarang dipakai. Sudah gila mungkin orang-orang itu. Tapi ketika saya bercermin kelakuan saya kurang lebih seperti itu. Walau tidak separah para kolektor tas yang menghabiskan budget hingga ratusan juta bahkan milyar.Tapi tetap saja kelakuannya hampir serupa.
     "Gila kamu beli buku terus menerus dibaca sekali terus ditaruh di rak,kurang kerjaan,hidup di dunia khayal dan buang-buang uang." Ujar temanku
     Teman saya yang berujar tersebut tidak berkaca,padahal di rumahnya terdapat banyak botol minuman keras baik label lokal maupun luar negeri untuk dipajang di rumahnya. Digunakan untuk memenuhi rak ruang tamu. Apakah itu juga sesuatu yang berguna? Saya memilih untuk tidak berargumen,akan melelahkan.
     Pada akhirnya saya merasa bukan wilayah saya untuk menghakimi seseorang,selama itu tidak merugikan orang lain it's fine.

Jumat, 24 Januari 2014

Introspeksi Diri Bukan Mengkoreksi Orang Lain

     Tahun 2014 sudah terlewati selama 24 hari. Apa yang telah kita peroleh selama 2014 ini?
Beberapa teman bercerita ia telah memulai merintis usaha,dibandingkan kerja ikut orang,pekerjaan yang sekarang sudah menghasilkan 3 kali lipat. Wow,besar sekali. Dalam hati kecil sedikit terusik,wah ketinggalan nih aku. Irikah? Saya akan meng-iya-kan.
     Ketika melihat orang lain maju,saya pun tertantang,masa sih saya tidak bisa. Dalam hati berkata enak ya pendapatan melonjak secara tiba-tiba. Walau saya tahu bagaimana ia merintis usaha tersebut,dari pagi hingga malam hari bersama sang istri. Rasa iri tetap terbesit dalam hati,saya melihat dari luar ia serasa mendapat durian runtuh,padahal saya yakin diluar hal tersebut pasti ada pengorbanan yang mereka lakukan.  Membayangkan melakukan pekerjaan yang sama dari pagi hingga malam hari terus menerus yang menurut saya membosankan,saya bukan orang yang tekun untuk hal tersebut,kecuali saya berkomitmen layaknya menulis. Menulis bagiku adalah kebebasan,tidak ada pola khusus,saya melakukannya dengan sukarela,baik pagi hari siang ataupun malam. Sedangkan mereka bekerja terus menerus tanpa berhenti,dan sekarang memiliki karyawan 10 orang. dalam kurun waktu 1/2 tahun.
     Ia maju karena pekerjaan sepele,yaitu memberi lem di sebuah karton,bagi saya itu sepele tapi bagi dia itu pekerjaan yang menghasilkan,orang senang memilih pekerjaan,sedangkan dia tidak memilih. Apapun yang menghasilkan akan ia kerjakan.itulah satu hal yang harus saya akui. terkadang pekerjaan kantoran yang tampilannya keren,tapi tidak menghasilkan. Bandingkan dengan pekerjaan kasar yang banyak orang tidak mau menyentuhnya tetapi menghasilkan begitu banyak uang. Ah bodohnya saya. Memilih pekerjaan bersih di lingkungan ber-AC daripada berpanas-panasan. Tapi itulah idealisme saya.
     Ketika saya introspeksi,kenapa rasa iri ini muncul? Saya menemukan jawabannya. Rasa iri timbul karena membandingkan diri dengan orang lain,saya merasa diajak untuk berkompetisi dengan orang lain. Seharusnya berfokus pada diri sendiri bukan pada orang lain. Mungkin orang lain iri terhadap diri saya. Tidak ada yang tahu.kecuali orang itu berujar kepada saya,walau itu tampaknya mustahil.
     Berfokus pada diri sendiri,menoleh ke belakang untuk merefleksikan apa yang telah terjadi,apa yang telah saya peroleh ,banyak orang berkata menatap langit tetapi kaki harus menjejak bumi. Ketika memandang langit kita meningkatkan pengharapan,menjejak bumi berarti kita harus mengetahui realitas. Memandang kiri maupun kanan berarti melihat sekeliling,bukan berfokus pada keegoisan kita sebagai manusia. Apabila diberi pertanyaan jika anda kaya besok hari terus apa yang anda lakukan? Jika hanya menjawab belanja aneka kebutuhan sehari-hari,jalan-jalan ke luar negeri,dan segala macam kebutuhan anda sendiri sebenarnya anda telah menjadi egois tanpa disadari. Saya masih dalam tahap belajar akan hal tersebut

Kamis, 23 Januari 2014

Andai Superman Nyata

     Andai tokoh superhero karya DC comic yang diidolakan banyak orang yaitu Superman nyata,apakah yang terjadi?
     Ketika saya merenung,sempat terbesit dalam hati,apabila ia berkelahi dengan para musuh,tembok bangunan jebol,jalanan retak,jendela perkantoran pecah,bangunan roboh. Untuk memperbaikinya butuh waktu berapa lama? Berapa uang yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan?Akankah Superman membayar ganti rugi atas kerusakan yang telah ditimbulkannya?
     Kepada siapakah ia harus berpihak semisal terjadi peperangan antara Korea Utara dan Korea Selatan? Kerusuhan di Thailand antara pendukung kaos merah ataukah kuning,akankah ia turun tangan? Apakah ia menjadi pendukung Amerika karena ia lahir di sana? Ataukah ia menjadi Dewan Kehormatan di PBB?
     Ketika Timur Tengah bergejolak akankah ia turut berperang? Apakah rahasianya akan aman ketika berubah menjadi Clark Kent,ditengah maraknya aksi penyadapan dan kasus mata-mata antar negara.
      Bisakah ia menjadi Clark Kent ataukah selamanya menjadi Superman tanpa memiliki jatidiri yang lain? Apakah ia akan dijadikan Tuhan oleh para penggemar fanatiknya? Akankah manusia tetap mempercayai Tuhan apabila Superman itu nyata? Karena ia berasal dari planet Krypton bukan dari bumi.
     Bisakah ia mencegah tsunami,banjir,longsor,badai maupun topan yang terjadi di setiap belahan dunia?Atau mungkin meredakan amukan dari gunung-gunung di Indonesia yang siap meletus kapan saja?
     Sayangnya Superman itu tidak nyata,andaikan ia nyata,saya beranggapan kita akan memiliki ketergantungan secara berlebihan terhadapnya.

Masa Lampau

     Mantan pegawai saya berujar "Lebih enak kerja di tempat saya,daripada di tempat yang sekarang ia bekerja." Jika dibandingkan di tempat saya pekerjaannya santai,tidak ketat. Saya pun jarang menegur.

     Mengapa kalau tidak ada atasan yang saya anggap sebagai"anjing penjaga"  maka karyawan itu menjadi santai,suka bercanda,sukar berkonsentrasi bahkan fokus menonton TV sesuka hati. Inisiatif itu tidak ada,inisiatif itu tidak bisa dipaksakan tetapi bisa dibentuk melalui teguran setiap hari.
Saya memilih untuk tidak menegur atau "menggonggong" karena melelahkan.

     Jika anda perhatikan rumah makan sekarang jarang ada TV. Agar karyawan berfokus pada pekerjaannya. Berbeda dengan kafe dibutuhkan TV agar tamu merasa nyaman,dan mau berlama-lama disana.

    "Jika mencari gaji besar jangan ke tempat saya,jika mencari pengalaman jangan pula datang kesini, jika mencari kenyamanan datanglah kemari." Ujarku

    Jangan pernah bandingkan kehidupan sekarang dengan masa lalu,toh masa lalu sudah berlalu. Kehidupan yang membahagiakan adalah kehidupan yang tidak membandingkan satu dengan yang lain. Bahkan wujud dari pertumbuhan adalah ketidaknyamanan.

     "Piye enak jamanku to?"Jargon dari banyak foto yang betebaran membandingkan rezim pemerintahan sekarang dibandingkan rezim pemerintahan terdahulu. Seharusnya kita harus keluar dari bayang-bayang masa lalu.

Because at the end of the day,my past isn't my biggest weakness,it's my biggest strength - It's what makes me who i am.

Rabu, 22 Januari 2014

Pengunjung "Unik"

Salah satu pengunjung unik

     Jika anda suka mengamati lingkungan di pekerjaan ataupun rumah,pasti anda menemukan manusia "unik." Unik disini berkonotasi baik atau buruk.
     Foto diatas adalah pengunjung "unik" di tempat saya bekerja ."Unik" yang ini,saya artikan berbeda dengan pandangan masyarakat pada umumnya. Dia seorang janda yang tinggal sendirian yang menghuni di komplek tempat saya bekerja. Bila dilihat sekilas tidak ada yang aneh dari dirinya. Hanya saja dia kemana-mana selalu membawa kresek. Tidak hanya satu atau dua,seringkali saya melihat ia membawa hingga lima kresek yang terisi penuh. Belum lagi penampilan yang saya bilang sedikit nyentrik. Tampilan kumal menjadi pemandangan sehari-hari. Dengan pakaian yang itu-itu saja. Tapi setiap hari ia selalu berkunjung ke tempat saya,sekedar bercakap-cakap,maupun membeli sesuatu. Bagi orang lain bisa berpendapat bahwa ia separuh tidak waras. Tapi ketika diajak bercakap-cakap,normal-normal saja. Tidak mengganggu. Hanya perspektif seseorang secara tidak langsung ketika melihatnya menjadi risih padahal ia tidak pernah melakukan hal-hal aneh,hanya bermasalah pada penampilan. Itulah manusia yang selalu menilai dari penampilan. Tidak dapat dipungkiri bahwa penampilan itu hal pertama yang dinilai.
     Ada pula tamu "unik" lainnya,pria paruh baya setiap kali datang "hanya" memesan teh manis hangat,tetapi selalu mengajak kasir berbicara selama kurang lebih 1/2 jam. Tidak perduli kasir sedang dalam kondisi sibuk ataupun santai tetap diajak ngobrol.Saya merasa risih. Ketika saya mencoba mendengarkan secara seksama apa yang orang itu utarakan,sebenarnya ia mempunyai masalah dalam keluarga,salah satu faktor kenapa orang yang sudah tua meminta cerai karena tingkat kesabaran suami istri semakin menipis.Aktifitas di rumah tidak ada,bertatap muka setiap hari,jenuh. Sang istri merasa tidak diperhatikan suami,sang suami menganggap sang istri semakin cerewet dari hari ke hari. Saya hanya belajar untuk mendengarkan. Memahami apa yang terjadi dan memakluminya, walau terkadang saya tidak menanggapi,terutama ketika sedang sibuk. Terkadang cukup dua buah telinga untuk mendengar,tanpa perlu mengeluarkan sebuah kata untuk diucapkan.
     Permasalahan sering timbul disebabkan terlalu banyaknya mata untuk menghakimi,mulut untuk bergosip,telinga untuk mendengarkan berita negatif. Yuk belajar lebih banyak mendengar hal yang positif,memiliki mata yang berbelas kasih,mulut untuk mengucapkan hal yang membangun. Sukarkah?

Selasa, 21 Januari 2014

Review Buku : Simple Thinking About Blood Type


     Bagi para pecinta psikologi populer buku ini saya anjurkan untuk dibaca. Buku karangan Park Dong Sun yang diterbitkan oleh Penerbit Haru ini unik,karena memetakan karakter berdasarkan golongan darah. Dengan design gambar full colour di setiap halaman.
     Buku seharga 58 ribu rupiah ini dibagi menjadi 4 bagian yaitu mengetahui sifat seseorang melalui golongan darah,hubungan sosial antara golongan darah,cerita seru golongan darah,dan terakhir diary bergambar si Cowok Gila.
     Bacaan ringan dikala senggang sekedar melepas penat,dengan membaca buku ini sedikit banyak dapat menimbulkan senyum. Walau setiap karakter manusia berbeda-beda tapi pemilahannya terasa pas.
     Bagi yang ingin mengetahui lebih dahulu kira-kira apa saja isi ceritanya,tersedia versi anime dengan format bahasa Jepang dengan subtitle bahasa Inggris di Youtube dengan judul Ketsuekigata dengan durasi kurang lebih 2 menit per episode.

Minggu, 19 Januari 2014

Review Film : Last Vegas


     Apa jadinya ketika Michael Douglas,Robert De Niro,Morgan Freeman,Kevin Kline dalam satu frame? Para aktor kawakan ini dikumpulkan menjadi satu dalam film Last Vegas.
     Film ini mengisahkan tentang 4 sahabat yang telah menjalin hubungan selama hampir 60 tahun. Berpusat pada kisah Billy(Michael Douglas) yang akan melakukan pernikahan di usianya jelang ke 70. Ia mengundang Paddy(Michael Douglas),Archie(Morgan Freeman),Sam (Kevin Kline),untuk menghadiri pernikahannya,untuk mengenang kisah-kisah masa lalu mereka.
     Kisah yang berpusat di Las Vegas,sungguh menarik untuk disaksikan,dimulai dari latar belakang yang menarik,plot cerita ringan yang mengisahkan problematika pria lanjut usia,diimbangi dengan akting para aktor kawakan,sederhana,tapi menyentuh.
     Contoh sederhana,ketika Archie dihadapkan dengan sang cucu. Ia menemani sang cucu sembari mengendong,tetapi sang anak melarangnya. Karena Archie mempunyai masalah jantung,jadi tak boleh terlalu lelah. Banyak larangan yang ia harus terima. Bukankah itu membuat sang kakek merasa tidak berguna? Menjadi cerminan ketika kelak kita menjadi tua.
     Perseteruan antara Billy dan Paddy pun menjadi kisah yang menarik untuk diikuti. Film para "orang tua" yang berjiwa muda. Sungguh sangat layak untuk menjadi tontonan dikala senggang. Film berdurasi 105 menit ini terasa renyah untuk ditonton.
     Bagi anak muda bisa dijadikan pembelajaran ketika menghadapi masa tua. Kehilangan istri yang dijemput maut,kebosanan akan pernikahan yang berlangsung selama 40 tahun.Akhir kata,tonton saja nikmati apa yang disajikan.

Pengamen.

Pengamen yang saya foto dari kejauhan

     Sering mendengar pengamen bernyanyi? Suara tidak jelas,nada tanpa intonasi,serasa membaca,tapi tetap saja PeDe. Setiap hari saya menyaksikan banyaknya pengamen di jalanan,maupun pengamen dari kampung ke kampung. Terutama kota Bandung kota para seniman jalanan,disebabkan banyaknya pengamen di tiap stop-an lampu merah.Berbeda dengan Surabaya,lebih banyak pengemis atau loper koran di jalanan.
     Banyaknya pengamen menyebabkan masalah. Terutama penampilan "sangar" sang pengamen. Penampilan yang mengitimidasi semisal rambut gondrong,bertato atau rambut di model mohawk. Membuat takut orang yang didekatinya,menyebabkan memberikan selembar uang bukan karena suara merdu,melainkan rasa takut.
      Ada yang bilang itu bagian dari pengekspresian seni. Kalau dipikir ada kebenaran dibalik kata-kata itu. Menjadi berbeda tidak pernah salah,karena minoritas itu belum tentu salah,tapi minoritas akan menjadi korban. Korban keadaan,lingkungan maupun sosial budaya.
     Bagi orang awam mungkin pengamen harus disingkirkan dari jalanan. Saya setuju dengan hal itu. Tapi harus ditemukan solusinya. Bukan hanya menyingkirkan seperti kucing jalanan. Mungkin pengamen butuh wadah "gratis." Seperti gedung seni budaya,untuk menyalurkan apa yang mereka sukai. Kesukaran itu tetap akan ada.
     Mana ada sih yang gratis di jaman sekarang?Pengajar harus dibayar,gedung harus disewa,peralatan pun harus tersedia. Orang masuk WC aja sekarang harus bayar,yang gratis itu hanya nafas,tidak tahu lagi kalau nanti Oksigen menjadi langka. Masih adakah yang tertarik untuk menggratiskan sesuatu di jaman sekarang?
    

Jumat, 17 Januari 2014

Berdagang atau Memaksa ?

Jualan atau Maksa?
     Ada yang mengenal pedagang ini? Bagi orang-orang yang sering ke Surabaya di daerah Kapasan,Jagalan,Undaan,pasti tak asing lagi. Pedagang ini sehari-hari berdagang pastel dengan berjalan kaki. Sebuah hal yang wajar kan. Anggap saja sebagai pedagang keliling.
     Hal yang berbeda adalah orang ini kalau dagang memaksa. Seperti contoh foto di atas. Menawarkan barang dagangan sembari menempelkan kepala di kaca. Mungkin bermaksud menakut-nakuti agar barang dagangannya dibeli. Sembari mengeluarkan ucapan-ucapan yang terkadang memanaskan telinga.
     Apakah hal yang wajar untuk melakukan penjualan seperti itu? Bagi saya itu tidak wajar. Tapi ada satu hal yang menarik adalah ia telah menciptakan image. Tapi sayangnya image yang ditonjolkan adalah buruk yaitu memaksa. Andaikata pastelnya enak dengan kelakuan pedagang tersebut tidak ada yang bersimpati kepadanya.
     Pernah sekali waktu si pedagang dimarahi oleh orang karena memaksa terus. Dengan nada tinggi orang tersebut berkata "Dagang atau maksa sih,kalau tidak mau beli jangan maksa." Si pedagang akhirnya diam saja kemudian pergi menjauh.
     Saya sering kali bertemu dengan orang ini. Saya memilih menjauh dan tidak mau beradu argumen,menghabiskan nafas dan kesabaran.
     Apakah tidak ada cara lain selain dengan memaksa? Kenapa juga tidak mengubah pekerjaan,atau merubah pola pikirnya bahwa orang yang dipaksa akan semakin mengeraskan hati untuk tidak membeli. Berdagang dengan senyum mungkin lebih mengena daripada sebuah pemaksaan. Sudahlah,hanya Tuhan dan ia sendiri yang mengetahui apa yang ada di benaknya.

Kamis, 16 Januari 2014

Berkendara di Indonesia


     Foto ini saya jepret siang hari tadi. Yang saya pikirkan keselamatan sang anak. Bagaimana bisa membonceng sembari menggendong anak. Sang ibu kedua tangannya sibuk memegang setir ,punggung menahan beban sang anak menggunakan selendang,tangan kanan memegang gas,tangan kiri menahan leher sang anak. Sang anak tertidur pulas ketika dibonceng dan ketika terbangun sang anak ditepuk-tepuk punggungnya untuk kembali tidur.
     Hal di atas sangat riskan. Saya tidak menyalahkan sang ibu,toh ia bisa berkata tidak ada yang mengurus anaknya di rumah,maka dibawa saja sang anak berkendaraan,daripada ditinggal sendirian di rumah.
     Jika ingin menyalahkan kenapa tidak naik kendaraan umum saja,lebih aman,sang anak tidak masuk angin. Apa yang dipikirkan sang ibu? Hanya dia yang bisa menjawab. Inilah salah satu potret kehidupan berkendara di Indonesia.

Manfaat Yoga

     Sudah 3 minggu ini saya mengikuti kelas Yoga. Tujuan utama membenarkan postur tubuh. Keseharian di depan komputer membuat badan jarang bergerak hanya jari yang aktif.
     Manfaat yoga secara umum adalah melancarkan peredaran darah,menyeimbangkan fungsi otak,meningkatkan fleksibilitas tubuh,melancarkan pernafasan,mengecilkan perut dan yang terakhir mengurangi stress.
     Bagi saya,yoga adalah olahraga yang digunakan untuk mengobservasi tubuh,merasakan setiap hembusan nafas,dan menenangkan pikiran. Bukan hanya membakar kalori (kardio),tetapi juga memberikan kesehatan secara mental.
     Hal yang menyenangkan dari yoga adalah tidak dituntut bergerak terlalu banyak. Dibandingkan dengan aerobik,RPM,atau olahraga berat lain. Gerakan yoga dilakukan dilakukan secara perlahan, mengalir,tidak terburu-buru. Disaat dunia menuntut untuk selalu terburu-buru,bertindak cepat,urat nadi menegang,saya menemukan ruang jeda di saat melakukan yoga selama satu jam,dengan iringian instrumen.
     Gerakan yang nampaknya sederhana jika dilakukan secara perlahan memberikan dampak berbeda. Pada awal pelatihan pun saya menikmati,berbeda dengan olahraga lain yang menuntut untuk terburu-buru. Manfaat terakhir Tidur lebih pulas,bangun lebih segar.
     Saya membayangkan melakukan yoga di rumah tetapi kebisingan selalu ada,suara TV,bunyi telepon,anak merengek atau apapun itu. Jikalau ingin sunyi senyap tengah malam adalah waktu yang tepat. Maka saya pun mengurungkan niat.
     Ada yang bilang yoga itu meditasi,menyembah berhala dan lain-lain. Setiap orang punya pandangannya masing-masing,tapi jika saya memandangnya sebagai olahraga tidak ada masalah kan? Olahraga definisinya adalah "mengolah raga",bukan hanya mengolah tubuh secara fisik,melainkan jiwa karena raga adalah jiwa.

Rabu, 15 Januari 2014

Mau ?

Buih dari minyak goreng yang panas...
     Apa yang anda pikirkan ketika melihat foto diatas? Jijik,biasa saja atau melihatnya saja pun tak sudi? Mungkin anda sering melihat di rumah makan kaki lima atau depot pinggir jalan hal seperti ini.
    Sekedar untuk pengetahuan bahwa minyak goreng yang berbuih seperti yang diatas adalah minyak yang telah rusak. Untuk menjaga kesehatan,minyak goreng sebaiknya digunakan maksimal empat kali penggorengan. Setelah itu harusnya dibuang.
     Rasanya hampir semua pedagang kaki lima pengorengannya seperti gambar di atas. Mereka tidak mengganti minyak. Bayangkan saja berapa liter minyak yang harus digunakan untuk mengisi penuh penggorengan. Dan jika disuruh melakukan 4 kali penggorengan kemudian dibuang berapa banyak uang yang harus dibuang?
     Dilihat dari sisi ekonomi hal tersebut tidak menguntungkan. Bayangkan pedagang gorengan yang menjual per biji hanya seribu rupiah,berapa keuntungan yang bisa mereka dapatkan jika melakukan tersebut.
     Lain cerita dibandingkan dengan restoran cepat saji yang benar-benar menjaga kualitas makanannya. Waralaba pun memiliki SOP(Standart Operational Prosedure) untuk penggunaan minyak gorengnya. Ada harga ada kualitas itu kesimpulan saya.

Selasa, 14 Januari 2014

Aku dan Karyawan


     Apa yang ada di benak anda ketika melihat foto diatas? Ini foto karyawan ketika sedang tidak ada kegiatan.Asyik menonton TV.
Sebagai atasan saya bisa:
-marah
-diam saja sembari menggerutu dalam hati
-memaklumi
-menasehati

     Saya memilih memilih memaklumi. Dikarenakan sudah lelah untuk marah-marah,hanya menambah tensi darah dan memperpendek umur.
     Diam sembari menggerutu dalam hati pun tidak saya lakukan,saya menayangkannya di blog untuk melihat reaksi orang yang membaca.
     Menasehati. Saya tidak tertarik memberi nasehat untuk orang yang tidak bertanya terlebih dahulu,daripada melelahkan mulut dan pikiran untuk memberi nasehat lebih baik melakukan hal lain. Contoh mudah nonton TV sembari tangan menyangga kepala,apakah perlu berkata bahwa itu bukan hal yang sopan untuk dilakukan? Nanti jawaban yang keluar "enak sih soalnya."Kan repot orang yang mendengarnya.
     Memaklumi satu-satunya yang membuat saya damai. Selama mereka bekerja dengan baik tak ada masalah bagi saya. Memang mendidik adalah yang paling sukar,sedangkan saya pragmatis,tak mau repot,jadi yang penting hasil bukan prosesnya. Setujukah anda dengan saya?

Rasa Layak

"Tuhan tidak akan memberikan sejilat ice cream tanpa hendak memberikan anda memakan seluruhnya."

       Pernahkah berpikir ketika berhadapan dengan orang tua kita,kita hanya diberi sesuap saja,tanpa hendak memberikan seluruh ice creamnya? Kalimat ini bermaksud untuk mencoba sedikit,untuk mengetahui rasanya dan belajar menikmatinya. Milikilah rasa layak akan banyak hal. Bukan dengan berkata "it's not my cup of my tea."
     Rasa layak akan menuntun kita. Contoh :pelayanan di Citibank dan BCA. Di Citibank sebagai pemilik rekening saya memiliki akses yang membedakan pemilik rekening yang menyetor dengan karyawan yang diutus oleh pemilik rekening. Di Citibank saya tidak perlu melewati antrian yang begitu panjang .Dari situ saja saya merasa ada perbedaan atas kelayakan itu sendiri. Bandingkan dengan BCA,yang harus antri panjang tanpa membedakan pemilik atau bukan melainkan nominal yang dimiliki oleh nasabah BCA.
       Milikilah rasa layak untuk memiliki sesuatu yang lebih,tidak membatasi diri dengan berbagai alasan.Jangan pernah merasa diri tidak layak.

Senin, 13 Januari 2014

Pekerjaan Ideal

     Teman saya baru bekerja belum sampai 2 bulan ,sudah memiliki banyak keluhan di pekerjaannya.Bosnya tidak perduli terhadap perusahaannya,sistemnya tidak mendukung,lokasi pekerjaan yang berada di ujung bumi,pokoknya semuanya salah,kecuali dia sendiri. Yang mendengarnya sakit kepala.
     Pertanyaan saya cuma satu,bisakah dia merubah itu semua? Jika tidak bisa merubah lingkungan yang paling mudah adalah merubah sudut pandang. Ditaruh di tempat paling nyaman sedunia juga kalau pengeluh dimanapun juga tetap merasa tidak nyaman. Selalu mengkritik. Adakah pekerjaan yang menyenangkan?Walaupun ada,cuma beberapa.Yang menyenangkan hanya bekerja sesuai dengan kesenangan,tidak menganggap pekerjaaan sebagai beban,tetapi sebagai sarana untuk mengembangkan diri.
     Daripada mengeluhkan pekerjaan lebih baik mensyukuri pekerjaan yang ada,dibandingkan menjadi pengangguran. masih minta-minta ke orang tua.

Tips Hidup Berkelimpahan

1 never stop learning / Jangan pernah berhenti belajar
2. don't compare yourself with other/ Jangan membandingkan diri anda dengan orang lain
3.never doubt God / Jangan pernah mempertanyakan Tuhan
4.never give up to try / jangan pernah menyerah untuk mencoba

Minggu, 12 Januari 2014

Mengubah Kesalahan Menjadi Berkat

  • Hidup tanpa penyesalan. Jangan pernah menyesali apa yang telah terjadi,jadikan itu pelajaran untuk menghadapi masa depan. 
  • Mengampuni kesalahan yang telah terjadi. Jangan hanya mencoba untuk melupakannya,karena apabila kejadian tersebut terulang kembali,emosi negatif,kemarahan,akan meledak. Dengan mengampuni menandakan kita telah berdamai dengan masa lalu. Dan melalui cara menyikapi kita akan belajar menjadi lebih bijak.
  • Tuhan sanggup mengubah kesalahan menjadi berkat. Banyak orang tidak mempercayai akan statement ini. Tapi jika anda mencoba merenungkan masa lalu,berapa banyak kesalahan yang akhirnya menjadi berkat? Jangan hanya berkutat di masa sekarang,tetapi pandanglah hingga jauh ke depan,hingga suatu saat ketika anda menengok ke belakang anda dapat tersenyum akan kesalahan yang terjadi. Kesalahan itu dapat diceritakan kepada orang lain sehingga mereka tidak jatuh ke kesalahan yang sama. Siapa yang tahu bahwa hal itu dapat menjadi berkat untuk orang lain.
  • Lakukan yang terbaik. "Apapun yang kamu perbuat,perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Tahukah anda ketika anda melakukan sesuatu untuk Tuhan maka anda akan berusaha dengan maksimal dan apapun hasilnya anda "puas" karena telah berusaha dengan maksimal.

Kerja...Kerja...Kerja

     Hari pertama bekerja di 2 tempat. Hasilnya ?Melelahkan. Pagi hari bertugas di sebuah laundry,tugas sementara hanya mengawasi,memantau dan mempelajari aktifitas karyawan sehari-hari. Tidak ada yang lain. Hal yang menjemukan. Monoton dan tidak menarik.
     Sore hari selepas dari laundry dilanjutkan menjaga rumah makan. Disana pun sama saja,ketika sepi maka hanya duduk diam menanti pengunjung. Apabila banyak pengunjung tak berasa,jika sepi penyiksaan yang menanti,koran habis dibolak-balik,tetap tak beranjak dari kursi.Menanti waktunya pulang.
     Apabila di rumah,waktu 24 jam pun tak berasa. Apa yang membedakannya ya? Hasil merenung : mungkin karena lebih nyaman di rumah daripada di tempat kerja. Kondisi tubuh lebih relax di rumah, bisa juga karena kerja konotasinya serius,kondisi badan dalam status siap siaga. Duduk diam,tak beraktifitas pun melelahkan,bayangkan penjaga toko yang bekerja dari pagi hingga malam hari,menanti tamu,tak bekerja apapun meletihkan. Pernah mencoba?
     Saya mencoba mencari pekerjaan yang kalau bisa semua aktifitasnya berpusat di rumah. Banyak yang bilang lelaki harus bekerja di luar,harus bertemu banyak orang dan aneka macam yang berbau petualangan. Laki-laki itu petualang,tetapi pengecualian untuk saya. Di rumah mau ngapain juga bebas,tidak kehujanan,kepanasan,makan asap knalpot,maupun terjebak kemacetan.Laki-laki pulang kerja ujungnya tinggal lelahnya saja,tidak lama juga langsung tidur.
     Untuk sementara pekerjaan impian masih belum didapatkan,masih dalam tahap merintis. Membutuhkan proses panjang untuk melakukannya. Sementara ini kerjakan apa yang ada  dulu dijalani sembari menekuni apa yang diharapkan kedepannya. Pengorbanan tidak pernah kembali dengan sia-sia.

Sabtu, 11 Januari 2014

Kelakuan Tamu Hotel

     Baru saja selesai membaca artikel tentang kelakuan tamu hotel asal Indonesia. Silahkan baca link nya disini.http://travel.detik.com/read/2013/12/10/185201/2438143/1382/75-turis-indonesia-suka-ambil-barang-dari-kamar-hotel?991104topnews
     Sebagai seorang turis,saya juga suka mengambil beberapa hal,seperti kopi sachet yang disediakan,sandal,bolpoin maupun kertas note yang ada di meja untuk dijadikan kenang-kenangan.Peralatan mandi hanya sabun dan shampo (penyakit tidak mau rugi yang kronis).
     Saya tidak tahu apakah mengambil barang-barang yang disediakan hotel merupakan suatu pelanggaran disebabkan saya tidak membaca peraturan hotel. Yang pasti saya diberi pemahaman bahwa kalau di hotel semua dapat diambil untuk kenang-kenangan. Sumbernya? Siapa lagi kalau bukan dari lingkungan keluarga,saudara,ataupun teman.Akibatnya pemahaman itu yang saya pegang hingga sekarang.
     Ketika saya membaca artikel tersebut,maka saya berpikir ulang,apakah tindakan itu salah? Jika tidak diizinkan bukankah tamu harus diberi pemahaman? Walaupun sepele,pihak hotel pasti mempunyai budget tertentu untuk menyediakan peralatan-peralatan yang diambil para tamu setiap harinya.
     Sekarang,ketika saya berkunjung ke hotel-hotel baik bintang 3 keatas,banyak barang yang penempatannya paten. Seperti gantungan baju,lokasinya dipatenkan tidak bisa dilepas. Untuk bohlam,atau baterai remote tidak pernah terlintas dikepala saya untuk mengambilnya.
     Untuk TV,secara nalar manusia seharusnya tidak ada orang yang berhak mengambilnya. Bayangkan saja menginap di hotel yang per malamnya anggap saja 1 juta rupiah,hendak mengambil TV LCD yang harganya diatas satu juta kan tidak masuk akal.Toh sekarang TV dipaten penempatannya di tembok.
     Dari artikel tersebut membuktikan bahwa kemanapun kita traveling,kita tidak hanya membawa nama sendiri tetapi juga membawa nama negara. Jadi mari kita menjaga sikap kita untuk menjaga nama negara kita.

Jumat, 10 Januari 2014

Impian untuk Surabaya

     Saya memiliki keinginan Surabaya seperti Singapura,banyak angkutan masal,aman,tertib,jarang ada kendaraan pribadi yang berlalu lalang. Walau Surabaya saya acungi jempol karena kehijauannya.
     Ada jalur pedestrian untuk para pejalan kaki. Tetapi berjalan kaki pun tak terasa nyaman karena polusi kendaraan bermotor yang tinggi.Bahkan terkadang jalur pedestrian dijadikan tempat parkir.
     Kemacetannya pun sudah diluar kewajaran.Pada pagi hari antrian kendaraan memanjang,jam kerja jalanan padat,pulang kantor macet makin menjadi-jadi.Semakin lama jam kemacetannya semakin panjang. Dahulu dari  jam 4 hingga 6 sore,sekarang bisa hingga pukul 7 malam.
     Apakah hal tersebut hanya sebuah mimpi? Entahlah hanya Tuhan dan pemerintah yang tahu.

Kamis, 09 Januari 2014

Buku Pelajaran,Novel,Komik

     Buku pelajaran kenapa selalu membuat mengantuk? Disebut pelajaran maka membuat kantuk para pembacanya? Berbanding terbalik andai disuruh membaca komik atau novel,kalau tidak sampai tamat tidak bakal berhenti. Aneh?
     Jika dilihat isinya,buku pelajaran berkesan serius,maka haruskah dibaca dengan sungguh-sungguh? Novel itu ringan,maka membacanya pun sembari lalu. Tidak ingat dengan detail pun tak apa,toh tak ada ujiannya.
     Apakah buku pelajaran itu membosankan? Tidak ada humor,hanya berisi data informatif,dan tidak bergambar,apabila bergambar pun pasti membosankan.Bandingkan dengan komik,yang penuh warna pun rasanya berbanding terbalik.
     Buku pelajaran harusnya dibuat variatif. Tidak hanya melulu soal pengetahuan,kalimatnya harus dikemas untuk menarik pembacanya. Walaupun informatif tapi membosankan, tetap saja tak ada yang mau menyentuhnya.
     Jika ditanya tentang novel yang saya baca belum tentu saya hafal semua,buku pelajaran pun sudah lupa semua karena jarang dipakai.Jadi apa gunanya dong membaca? Pengetahuan yang terkandung di dalam buku-buku tersebut tetap bisa kita dapatkan. Kosakata,struktur bahasa yang baru bisa saya dapat dari situ,kadang tulisan harus dibuat santai tak berkesan kaku.
     Soal selera,tidak ada cara paten untuk membuat tulisan menarik,yang ada adalah pembaca yang memiliki minat yang sama atau tidak,hanya itu saja.Toh buku yang terbit tiap bulannya selalu saja ada peminat. Jadi yuk baca apa saja. Koran,novel,majalah,buku pengetahuan,komik dari semua itu kita pasti mendapatkan sesuatu.

Rabu, 08 Januari 2014

Catatan Untuk Sahabat

     Baru saja selesai membaca tulisan sahabat saya mengenai problematika yang terjadi dalam berkeluarga dan pekerjaan.Silahkan dibaca di sini. https://www.facebook.com/notes/san-san-tjahaya/berjalan-bersama-tuhan-yang-mencukupkan/10152104674611928 .Ia memaparkan apa yang ia alami dalam iman dan kepercayaannya. Cukup terkejut juga akan kejujurannya. Tidak semua orang berani mengakui akan permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya. Banyak orang ingin tampak kuat dari luar tetapi sebenarnya rapuh di dalam.
     Sahabat saya tinggal di Bandung. Tahun 2005 adalah awal perkenalan saya terhadap suaminya.Saya melihat dari luar bahwa keluarga tersebut cukup mapan.Harap diingat,manusia menilai hanya apa yang nampak dari luar(superficial).Memiliki toko di kawasan Kalipah Apo,bagi orang Bandung,wilayah ini adalah wilayah perbelanjaan dalam skala grosir,harga dijamin murah. Dan ketahuilah apabila membahas grosir maka pertempuran yang disajikan di depan mata adalah banting-bantingan harga. Pemenangnya adalah yang memiliki kapitalisme besar.
     Saya ingin mendalami  mengapa ia berani mengutarakan hal tersebut? Akan ada banyak perdebatan,gunjingan, atau gosip yang beredar. Tapi itu hanya berlaku bagi mereka yang menyikapi hal tersebut secara kekanak-kanakan. Tiap manusia pasti menghadapi masalah. Itulah nikmatnya kehidupan.Dari perspektif saya,ia mengungkapkan hal tersebut untuk menunjukkan bahwa manusia itu lemah,membutuhkan sandaran yang kuat,kecuali atheis,yang hanya bersandar pada dirinya sendiri.
     Pernyataan yang ia tulis menunjukkan bahwa ia memiliki keberanian untuk jujur dan apa adanya. Bukan meminta belas kasihan tetapi menunjukan ketegaran. Saya mencoba mendukung melalui tulisan ini. Ada yang mendukung melalui doa,mungkin nantinya ada yang mendukung dengan finansial? Hakikat kita sebagai manusia adalah untuk mendengar,membantu semampu kita. Saya rasa bukan untuk mempergunjingkan kelemahan melainkan mengangkat seseorang ketika dalam masalah.Bukankah itu gunanya sahabat?
     Sosoknya yang introvert semakin mendukung ketidakpercayaan saya akan statementnya. Tapi media tulisan adalah media yang ia sukai. Saya pun sedikit banyak terpengaruh akan tulisannya. Jadi bagi saya adalah wajar ketika menuangkan pemikirannya kedalam sebuah tulisan. Bahkan awal saya tertarik menulis dikarenakan membaca note-note yang ia miliki di facebook.
     Saya tidak ingat bagaimana saya mengenal lebih dalam secara personal dengannya,ketika saya berusaha mengingat-ingat faktor apa yang merekatkan,ternyata ada satu hal. Buku.Di rumahnya ada koleksi buku-buku yang menarik perhatian saya,boleh dikatakan buku-buku terbitan tahun 1980-1990an,jaman dimana karya Enid Blyton,Stefan Wolf merajai toko buku dan perpustakaan sekolah,tersusun rapi di rak buku rumahnya. Sebagai penggila buku semenjak kecil,saya jadi memiliki keterikatan secara tidak kasat mata terhadap pemilik buku tersebut.(Berharap diperbolehkan pinjam semua koleksinya untuk bisa dibaca ulang,he...he...he).Kalau masih tinggal di Bandung mungkin saya akan rajin datang ke rumahnya.
     Masa lalu adalah rekam jejak apa yang telah kita lalui,dahulu yang tampaknya mustahil tetapi ketika terlampaui mampu membuat kita tersenyum. Setiap orang memiliki masa kekelaman tersendiri,bahkan "rumor" di Bandung yang mengatakan saya telah sukses itupun hanya superficial. Walau dibandingkan dengan perkenalan awal di tahun 2005,saya memperoleh perkembangan yang cukup baik,walau saya belum sanggup menceritakan apa saja yang telah saya lalui layaknya sahabat saya ini.

Catatan ini dibuat untuk San-San Tjahaya. Teman pengila buku,pemberi saran,dan penyemangat untuk terus menulis dan berkontribusi.
Catatan terakhir,modal besar atau simpanan dana dingin tidak diperlukan apabila menjadi seorang penulis,yang diperlukan hanya mengeluarkan apa yang ada di benak :p

Cara Mendidik Anak Soal Keuangan

Topik ini saya dapat  ketika mengikuti sebuah seminar di Surabaya:
  1. Menjadi teladan soal keuangan. Tahukah anda bahwa anak meniru dari orang tua? Orang tua adalah role model. Anak mempelajari apa yang orang tua lakukan. Bukan apa yang orang tua ucapkan.Jangan sampai mereka meniru kelakuan beli dulu baru lapor pay now worry latter
  2. Ajari soal kehidupan (perspektif keuangan). Berilah pengertian bahwa uang itu diperoleh dari sebuah upaya,bukan tanpa usaha.
  3. Belajar bertanggung jawab. Ajarkan anak ketika sudah mengerti mengenai uang,berikan mereka uang saku mingguan atau bulanan,bukan harian agar mereka mampu mengelola apa yang mereka miliki dalam jangka waktu tertentu,sehingga mereka dapat belajar bertanggung jawab.
  4. Belajar menunda kepuasan. Berikan pengertian anak mengenai perbedaan antara kebutuhan dengan keinginan. Kebutuhan itu sifatnya sesuatu yang dibutuhkan secara mendesak,dan apabila tidak terpenuhi dapat mempengaruhi kehidupan,sedangkan keinginan adalah sesuatu hal yang bersifat untuk memenuhi kepuasan pribadi,sesuatu yang sifatnya belum tentu dibutuhkan.

Selasa, 07 Januari 2014

Kewalahan

     Tahun 2014 saya isi dengan kegiatan yang belum terselesaikan di tahun 2013,ditambah aktifitas baru yang akan menyita banyak waktu.
  • Menulis Blog(karena sudah jadi kebiasaan,tiap malam sebelum tidur pasti menulis)
  • Belajar Grafology sampai jadi mahir. Sudah hampir 2 bulan buku pelajaran tergeletak di kamar belum terotak-atik lagi.(Motivasi kurang ditambah alasan klasik tidak ada waktu)
  • Menulis cerpen (inginnya sih buat cerpen,tapi ketika coba-coba menulis kok isinya datar-datar aja tidak ada gregetnya sama sekali. Butuh banyak belajar)
  • Mengikuti kelas yoga satu minggu minimal 5 kali (biar tubuh lebih fleksibel sekaligus membenarkan postur tubuh yang agak bongkok karena terlalu lama di depan komputer)
  • Menambah satu pekerjaan utama sebagai Supervisor (Yang ini menyita banyak waktu,tapi apa mau dikata,perut harus diisi)
  • Mendalami Forex maupun bursa saham lebih dalam lagi.(Pekerjaan yang bisa ditinggal-tinggal hanya perlu dipantau,dan mempelajari trik-triknya)
     Beberapa teman yang membaca kegiatan saya bertanya,cari pacar tidak ditulis? Belum terpikirkan,memikirkan kegiatan yang ada saja sudah kelimpungan. Semoga hingga akhir tahun 2014 kegiatan ini tetap berjalan konsisten,tidak rontok di tengah jalan.

Senin, 06 Januari 2014

Mantan Karyawan

     Baru saja makan malam bersama mantan karyawan.Ia baru 3 bulan keluar dari tempat kerjaku. Kini ia bekerja di perusahaan "Tupperware" sebagai administrasi. Ia berkata sekarang pekerjaannya lebih nyaman, dibandingkan di tempat saya. Tersinggungkah saya? Tidak sama sekali. Saya lebih baik mendengarkan perkataan jujur daripada kata-kata manis.
     Ia mentraktir saya di Iga penyet Lekko di jalan Hr Mohammad. Apakah saya malu ditraktir? Sekali lagi tidak. Mengapa juga malu? Saya tidak meminta,dan ia menawarkan membayarinya. Ritual gaji pertama digunakan untuk menjamu orang. Bukan saya tidak suka ritual seperti itu,tetapi rasanya memboroskan uang. Tapi bagi yang suka "gratisan", why not?
     Sembari makan saya bercakap-cakap dengannya.ini sebagian percakapan saya.
"Bagaimana pekerjaan barunya?"
"Melelahkan tapi menyenangkan.Dibanding tempat kerja bapak yang santai,disini bekerja lebih keras"
"Apa yang membuatnya menyenangkan?"
"Lingkungan kerjanya,tiap hari ada saja kiriman makanan dari pelanggan. Gajinya lumayan,dijanjikan tiap 4 bulan naik 100 ribu."
"Lumayan juga ya setahun naik gaji 300 ribu.Memang gaji awal berapa? "
"Gaji awal 1,7 juta mengikuti UMR tahun kemarin."
"Cukup besar juga."
     Ia bekerja di tempatku dengan gaji 1,2 juta dengan catatan kerja full,tanpa libur,sedangkan di tempat yang sekarang,minggu ataupun tanggal merah dipastikan libur. Saya yakin tidak dapat berkompetisi dalam hal tersebut. Memang bekerja di tempat seperti rumah makan ataupun Plaza/Mall butuh pengorbanan yang lebih. Bahkan ada lelucon bahwa pagi siang sore ataupun malam tidak dapat diketahui apabila kita berada di Mall,yang tampak hanyalah jam dinding sebagai waktu penanda bekerja.
     Saya cukup lama bercakap-cakap dengannya. Ia adalah karyawan terpandai yang pernah saya bawahi. Kalimat-kalimat yang dikeluarkan itu tidak dapat membuat seseorang emosi,walaupun terkadang serasa di kick balik. Cerdas dalam membalikan kata-kata yang saya ucapkan. Bagi saya pribadi cukup menyenangkan ketika bercakap-cakap dengannya. Mungkin karena pengalaman kerja yang cukup lama dalam menghadapi karakter orang. Memang pengalaman tidak dapat dilawan.

Apresiasi

     Perlukah apresiasi dalam berkarya?Ketika tulisan saya dimuat di surat kabar,pujian maupun kritikan masuk ,Menurut saya apresiasi sangat diperlukan,agar semangat untuk menulis tetap berkobar-kobar.
     Ada yang bilang di Indonesia tulisan itu kurang diminati dan dihargai,dibandingkan dengan luar negeri tetapi bukankah salah satu tugas penulis adalah membuat seseorang memiliki niat baca melalui tulisan yang menarik?
     Jika indikator apresiasi penulis adalah uang,lebih baik jangan menjadi penulis,pengusaha lebih terjamin keuangannya.Buku andai best seller membuat isi dompet tebal. Kalau tidak laku?Bakal tergeletak di gudang penerbitan,usang,lapuk,dan menguning.
     Dahulu tulisan dibuat untuk menambah wawasan,memberikan opini,hanya kini kemasan harus dibuat semakin menarik,seperti makanan. dihias,sedap dipandang mata,proses yang memakan waktu lama.Memang susah menilainya. Apa bedanya nasi goreng kaki lima dengan nasi goreng bintang lima? Bahan sama hanya kemasan yang berbeda.

Review Film : About Time


     Apa jadinya jika kita bisa kembali ke masa lalu? Diceritakan Tim (Domnhall Gleeson),seorang pengacara muda yang hidup di London ketika ia berumur 21 tahun ada rahasia yang sang ayah (Bill Nighy) beritahukan ketika Tim berkunjung ke Cornwall. Ia dapat kembali ke masa lalu.
     Maka cerita pun mulai bergulir bagaimana ia memulai mencari cara terbaik untuk mencari kekasih. Trial dan error terus terjadi,tetapi selama ia bisa kembali ke masa lalu maka tidak ada masalah.Film ini tidak selalu mengenai percintaan,ada juga problematika keluarga,layaknya keluarga normal dan efek samping dari perbaikan yang ia lakukan di masa lalu dipaparkan seiring berjalannya waktu.
     Cerita yang mengalir dengan durasi 120 menit tidak membuat saya bosan,selalu ada kejutan-kejutan kecil,sesuatu yang sederhana tapi sangat bermakna. Bagaimana kita menghargai waktu,dan memandang dari sudut pandang yang lain. Bagi pengemar drama romantis film ini tidak boleh dilewatkan. Film ini diberi rating oleh IMDB sebesar 7,8. Sungguh sangat pantas.

Minggu, 05 Januari 2014

Komedi ala Indonesia

     Suka menyaksikan acara komedi di TV? Beberapa presenter membodoh-bodohkan penonton,mengejek fisik,mempertontonkan kebodohan yang membuat seseorang tertawa,dan terakhir banci-bancian. Berkualitaskah?Tidak dapatkah menonjolkan kecerdasan dalam mengolah kata tanpa perlu menyinggung perasaan seseorang? Atau saya yang tidak memiliki selera humor?
     Selama banyak yang menyukainya mengapa juga dipermasalahkan.Semua balik ke rating TV,daripada komedi intelektual tapi rating TV jeblok,ya lebih baik cari yang disukai banyak penonton.
     Daripada berpolemik saya memilih mematikan televisi. Lebih baik mencari hiburan di internet,sesuai selera saya. Karena selera tidak bisa dipaksakan.

Salah satu lelucon yang saya dapat dari Mario Teguh.

Tiga orang yang tidak bisa mengerti humor:
-Orang yang tidak cerdas
-Orang yang sedang stress
-Orang yang terlalu serius

Sabtu, 04 Januari 2014

Pengaruh Lingkungan Terhadap Anak

      Artikel ini saya ambil dari koran Jawa Pos 4 Januari 2014 halaman 8. Penjelasan yang mudah dimengerti,membuat saya memuatnya di blog ini.Semoga bermanfaat.

Dalam suasana penuh toleransi,ia belajar sabar
Dalam suasana pemberian semangat,dia belajar percaya diri
Dalam suasana pemberian pujian secara wajar,dia belajar menghargai orang lain
Dalam suasana kejujuran,dia belajar keadilan
Dalam suasana rasa aman,dia belajar mempunyai kepercayaan
Dalam suasana persetujuan,dia belajar menyayangi dirinya
Dalam suasana penerimaan dan bersabar,dia belajar mendapat kasih sayang dari dunia
Dalam suasana penuh kritik,dia belajar menyatakan salah atau mengutuk
Dalam suasana penuh ejekan,dia belajar menjadi pemalu
Dalam suasana rasa permusuhan,dia belajar berkelahi
Dalam suasana penuh rasa malu,dia belajar mudah merasa bersalah


Selera Makan

     Baru saja selesai menonton acara "Pedas Gila" di televisi. Acara tersebut menayangkan aneka makanan dengan olahan cabai dalam porsi besar.
     Saya bukan pengemar makanan pedas. Ketika menyaksikan acara tersebut,membuat saya merinding apabila disuruh mencobanya.Disamping lambung yang tidak kuat menerima sensasi pedas yang berlebihan,apa nikmatnya makan makanan pedas?Makanan akan tertutup oleh sensasi pedas,hanya itu saja. Tidak ada rasa lain yang dirasakan lidah.
     Saya tidak membenci sambal,tetapi hanya makan secukupnya. Kebanyakan saya memakan makanan plain/netral.Untuk mengetahui kualitas dibalik sebuah masakan,bukankah rasa yang ditonjolkan?
     Ambillah contoh bakso,kuahnya benarkah berasal dari kaldu sapi asli atau dari bahan kimia? Jangan bilang kaldu sapi asli dengan kaldu berbahan kimia sama. Belum lagi MSG yang dituangkan.Ketika akan dimakan,banyak orang langsung menuangkan sambal,tomat,maupun kecap dengan segera. Entah karena itu memang kombinasi yang pas atau hanya ingin merasakan pedasnya.
     Banyak orang berkata masakan Eropa itu hambar dibandingkan masakan Asia yang beraneka ragam bumbu. Kedua-duanya saya menikmatinya. Bagaimana menikmati detail sebuah makanan,dibandingkan Chinese food enak,gurih,tapi apa yang dituangkan tidak ada yang tahu kecuali pedagangnya sendiri. Penggunaan MSG yang berlebihan,penyedap rasa,dan bahan-bahan yang saya sendiri tidak mengetahuinya.Solusi mudah untuk menikmati masakan sesuai selera ya memasak sendiri di rumah.
     Apa kategori makanan yang anda nikmati? Gurih,asin,manis,pedas ataukah yang penting murah dan mengenyangkan?
    

Jumat, 03 Januari 2014

Susahnya Mencari Kepiting di Pasar

Kepiting hidup siap olah



      Jengkel itu perasaan setiap kali membeli kepiting siap makan. Sebagai pemakan segala,favorit saya adalah kepiting. Untuk membeli satu porsi kepiting berada di kisaran 60 ribu-200 ribu rupiah di kaki lima. Apabila di restoran maka hitungannya per gram,tergantung bobot kepiting itu sendiri.
     Saya yang berkantong pas-pasan untuk membeli harus berpikir panjang. Salah satu solusi apabila ingin makan kepiting adalah mencari di pasar tradisonal. Mencari kepiting hidup dan diolah sendiri. Harga lebih murah daripada membeli di restoran atau kaki lima,walau soal rasa berbeda.Teknik yang saya gunakan hanyadirebus.Toh kepiting rebus pun tetap terasa nikmat.
     Anehnya setiap kali saya pergi ke pasar tradisional,kepiting hidup tidak ada.Suatu ketika saya bertanya kepada pemilik "Sari Laut Kapasan" bagaimana ia bisa mendapatkan stok kepiting begitu banyak? Ia berkata ia mempunyai suplier yang menyediakan barang dengan target 1 hari minimal 1 kuintal. Bayangkan,satu pedagang kaki lima menghabiskan 1 kuintal dalam sehari. Di Surabaya sendiri ada berapa banyak pedagang kaki lima yang berdagang kepiting?
     Ia lanjut bercerita,suplier sekarang kelimpungan dengan permintaan yang begitu banyak,belum lagi persaingan dengan perusahaan ekspor yang sekarang menggunakan sistem jemput bola,langsung mendatangi para nelayan untuk membeli langsung tanpa melalui pengepul,semakin ketatlah persaingan. Nelayan senang,perusahaan pun dapat harga lebih murah. Yang sakit hati ya pengepulnya.
     Suply yang tidak tercukupi membuat harga kepiting menjadi naik,persaingan antar pedagang demi menjaga stok barang dagangan pun semakin gencar. Bahkan di waktu tertentu,seperti Imlek (tahun baru menurut kalender China) harga kepiting akan melambung tinggi. Rumah makan akan berlomba menjajakan masakan istimewa berbahan dasar kepiting. Bagaimana agar mereka tetap mendapatkan stok? Mereka membeli lebih mahal dari harga pasaran. Daripada melewatkan sebuah momen yang mendatangkan keuntungan besar.
     Harapan saya untuk memakan kepiting rebus dengan harga murah tampaknya harus tertunda, tampaknya saya masih harus beli kepiting siap makan di tempat langganan saya. Sari laut Kapasan Surabaya yang harga per porsi kepiting (isi 2 buah) dimulai dari 100ribu hingga 240 ribu. Mengecek isi dompet sembari geleng-geleng kepala.

Kondisi Sari Laut Kapasan yang tidak pernah sepi pengunjung.Buka pukul 17:30 hingga 1 pagi.

Menulis Opini

     Ternyata sukar juga menulis sebuah opini dengan target 850 kata. Dibutuhkan usaha ekstra untuk menulisnya. Penulisan tersebut memakan waktu hampir 4 jam. Membuat tulisan singkat dan padat itu gampang-gampang susah,tetapi untuk tulisan 850 kata hampir saja saya kehilangan ide. Mungkin karena belum terbiasa menulis esai dengan satu topik yang spesifik.
     Menulis sebuah opini saya menulis dari berbagai sudut pandang . Berusaha menjadi objektif,tapi namanya opini seharusnya memihak pun tak masalah. Tapi tidak menciptakan musuh bukankah lebih baik? Ataukah apabila tidak berpihak maka tidak ada sekutu?
     Apabila nanti tulisan itu termuat ya patut disyukuri,karena pesaingnya adalah para pakar di bidangnya masing-masing. Bergelar Doktor,Sarjana Hukum dengan pekerjaan yang cukup membuat ciut nyali semacam dosen,rektor dan aneka macam pekerjaan lain. Tapi namanya berusaha minimal dicoba,jika gagal toh tidak rugi apapun. Malah sebagai ajang belajar untuk mengasah kemampuan.
     Sekian dulu penulisan hari ini. Harap-harap cemas. Nanti kalau gagal ataupun berhasil akan saya muat opini saya di blog ini.

Kamis, 02 Januari 2014

Meningkatkan Pengunjung

     Beberapa hari ini saya mencari cara untuk meningkatkan pengunjung blog. Yang sedang tren adalah SOE (Search Optimize Engine). Saya tidak akan membahas tentang SOE karena itu bukan bidang saya,Opsi lain adalah membuat tulisan yang menarik dan banyak.Hal ini lebih rasional daripada SOE menurut saya karena dioptimize sebagaimanapun kalau tidak ada isinya ya tetap saja tidak menarik,datang sekali cukuplah.
     Tulisan menarik itu luas maknanya.Minimal menarik bagi diri sendiri. Selama tulisan itu menarik orang akan datang berkunjung kembali. Kenapa harus banyak? Orang suka akan variasi topik,layaknya sebuah restoran,menu makanannya itu-itu saja orang akan bosan dan malas berkunjung. Jadi buat variasi yang banyak. Toh suatu saat ada tulisan yang laku dibaca,dan ada yang menjadi sebuah arsip kehidupan. Saya tak akan pernah  tahu mana yang akan ramai dibaca dan yang mana yang tidak. Yang penting tulis saja dahulu.
      Yang saya lakukan pada blog ini hanya menulis secara rutin. Itu saja. Pada akhirnya saya berpikir ulang tentang tujuan awal membuat blog adalah merekam ulang apa yang telah saya alami sehari-hari. Tulisan di blog adalah refleksi diri dari pemikiran yang bertebaran,daripada dilupakan saya memilih untuk menulisnya. Pembaca pun lama-lama akan datang sendiri selama saya konsisten. Setujukah anda?

Rabu, 01 Januari 2014

Hari Pertama di Tahun yang Baru

     Hari pertama di tahun 2014. Apa yang telah anda lakukan hari ini? Menikmati hari libur terakhir jelang esok kembali bekerja? Atau telah memulai aktifitas seperti biasa?
     Hari ini saya tetap bekerja,walaupun hanya 1/2 hari. Apa yang saya dapatkan? Saya dapat kabar karyawan saya kecelakaan ketika merayakan tahun baru. Kabar buruk? Tentu saja. Bersimpati tetapi hanya sesaat,ketika mengetahui penyebabnya saya merasa konyol untuk bersimpati. Berkendara secara ugal-ugalan,tidak memakai helm,itu lebih dari cukup untuk tidak bersimpati.
     Tahun baru yang katanya "baru" tetapi tetap saja perayaannya dengan cara "lama." Turun ke jalan,konvoi di keramaian,Bermain kembang api,petasan,mercon bagi saya itu hal wajar,karena merayakan sesuatu yang istimewa, dirayakan sekali dalam waktu satu tahun.
     Tetapi tolong dilakukan secara bertanggung jawab. Kabar di televisi sesudah acara tahun baru sampah berserakan dan menggunung. Siapa yang bertanggung jawab? Pasukan kuning? Bukankah masing-masing individu memiliki peran serta untuk membuang sampah pada tempatnya agar pasukan kuning tidak harus bekerja extra keras setelah perayaan tahun baru? Ataukah karena sampah urusan pasukan kuning maka ya sudah buang saja sembarangan,toh nanti dibersihkan.Sungguh mentalitas yang harus diubah,tanpa bermaksud menggurui.
     Seperti karyawan saya,ketika ia cedera siapa yang kena getah? Bukan hanya saya,tetapi rekan kerjanya yang terkena getah,kerja harus ekstra keras,karena ia tidak masuk.
     Di tahun baru ini semoga setiap dari kita memiliki tanggung jawab lebih terhadap apa yang ada di sekeliling kita. Bukan sikap acuh tak acuh,tak perduli terhadap keadaan yang ada. Mumpung masih tanggal 1 Januari 2014. Mari kita semakin perduli terhadap lingkungan,bukan hanya perduli terhadap diri sendiri. Tertarik untuk perduli?