Baru saja makan malam bersama mantan karyawan.Ia baru 3 bulan keluar dari tempat kerjaku. Kini ia bekerja di perusahaan "Tupperware" sebagai administrasi. Ia berkata sekarang pekerjaannya lebih nyaman, dibandingkan di tempat saya. Tersinggungkah saya? Tidak sama sekali. Saya lebih baik mendengarkan perkataan jujur daripada kata-kata manis.
Ia mentraktir saya di Iga penyet Lekko di jalan Hr Mohammad. Apakah saya malu ditraktir? Sekali lagi tidak. Mengapa juga malu? Saya tidak meminta,dan ia menawarkan membayarinya. Ritual gaji pertama digunakan untuk menjamu orang. Bukan saya tidak suka ritual seperti itu,tetapi rasanya memboroskan uang. Tapi bagi yang suka "gratisan", why not?
Sembari makan saya bercakap-cakap dengannya.ini sebagian percakapan saya.
"Bagaimana pekerjaan barunya?"
"Melelahkan tapi menyenangkan.Dibanding tempat kerja bapak yang santai,disini bekerja lebih keras"
"Apa yang membuatnya menyenangkan?"
"Lingkungan kerjanya,tiap hari ada saja kiriman makanan dari pelanggan. Gajinya lumayan,dijanjikan tiap 4 bulan naik 100 ribu."
"Lumayan juga ya setahun naik gaji 300 ribu.Memang gaji awal berapa? "
"Gaji awal 1,7 juta mengikuti UMR tahun kemarin."
"Cukup besar juga."
Ia bekerja di tempatku dengan gaji 1,2 juta dengan catatan kerja full,tanpa libur,sedangkan di tempat yang sekarang,minggu ataupun tanggal merah dipastikan libur. Saya yakin tidak dapat berkompetisi dalam hal tersebut. Memang bekerja di tempat seperti rumah makan ataupun Plaza/Mall butuh pengorbanan yang lebih. Bahkan ada lelucon bahwa pagi siang sore ataupun malam tidak dapat diketahui apabila kita berada di Mall,yang tampak hanyalah jam dinding sebagai waktu penanda bekerja.
Saya cukup lama bercakap-cakap dengannya. Ia adalah karyawan terpandai yang pernah saya bawahi. Kalimat-kalimat yang dikeluarkan itu tidak dapat membuat seseorang emosi,walaupun terkadang serasa di kick balik. Cerdas dalam membalikan kata-kata yang saya ucapkan. Bagi saya pribadi cukup menyenangkan ketika bercakap-cakap dengannya. Mungkin karena pengalaman kerja yang cukup lama dalam menghadapi karakter orang. Memang pengalaman tidak dapat dilawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar