Rabu, 08 Januari 2014

Cara Mendidik Anak Soal Keuangan

Topik ini saya dapat  ketika mengikuti sebuah seminar di Surabaya:
  1. Menjadi teladan soal keuangan. Tahukah anda bahwa anak meniru dari orang tua? Orang tua adalah role model. Anak mempelajari apa yang orang tua lakukan. Bukan apa yang orang tua ucapkan.Jangan sampai mereka meniru kelakuan beli dulu baru lapor pay now worry latter
  2. Ajari soal kehidupan (perspektif keuangan). Berilah pengertian bahwa uang itu diperoleh dari sebuah upaya,bukan tanpa usaha.
  3. Belajar bertanggung jawab. Ajarkan anak ketika sudah mengerti mengenai uang,berikan mereka uang saku mingguan atau bulanan,bukan harian agar mereka mampu mengelola apa yang mereka miliki dalam jangka waktu tertentu,sehingga mereka dapat belajar bertanggung jawab.
  4. Belajar menunda kepuasan. Berikan pengertian anak mengenai perbedaan antara kebutuhan dengan keinginan. Kebutuhan itu sifatnya sesuatu yang dibutuhkan secara mendesak,dan apabila tidak terpenuhi dapat mempengaruhi kehidupan,sedangkan keinginan adalah sesuatu hal yang bersifat untuk memenuhi kepuasan pribadi,sesuatu yang sifatnya belum tentu dibutuhkan.

2 komentar:

  1. mau nambahin tips berikutnya boleh pak? Tapi ini mah pengalaman pribadi, bukan teori ilmiah, jadi keefektifannya baru akan teruji sekian tahun lagi kalo anak2 udah pada besar :p
    5. Ajarkan anak untuk menabung. Saya membukakan kedua anak saya masing-masing sebuah rekening tabungan di suatu bank dengan nama mereka sendiri. Setiap pendapatan (ang pao, hadiah bila mengikuti sayembara, pemberian kakek-nenek, atau uang jajan yang disisihkan oleh mereka) setelah dipotong perpuluhan akan dimasukkan ke dalam tabungan sehingga suatu saat mereka "memerlukan" sesuatu mereka memiliki dana yang dibutuhkan. Hal ini juga relatif, contohnya beberapa tahun yang lalu Lucky ingin membeli perangkat permainan Nintendo Wii dengan uang tabungannya ini. Kami tidak melarangnya tetapi memberikan saran kalau tabungan itu lebih baik disimpan untuk sesuatu yang lebih penting atau berguna ke depannya. Kami juga membrikan penawaran apabila dia bisa berprestasi masuk ranking 3 besar di sekolah, kami akan membelikan perangkat permainan tsb. untuknya (karena kami tahu dia mampu dan waktu setahun itu bisa kami manfaatkan untuk menabung dahulu). Puji Tuhan dia mendapatkan ranking 1 tahun itu dan Nintendo Wii sekarang nongkrong di ruang tamu kami. Inilah sebabnya kami menyarankan untuk berpikir ulang karena yang namanya gadget perkembangannya sedemikian pesat dan umurnya tidak lama (sekarang dia lebih suka bermain komputer karena pilihan permainannya lebih beragam). Coba kalau dulu dituruti, sepertinya dia akan menyesal karena harga perangkat permainan itu tidak murah.
    Terus mau nambahin mengenai nomer 4. Saya setuju, tapi ada beberapa pengertian juga yang harus diberikan kepada anak. Yang pertama adalah keinginan itu tidak salah, karena setiap orang berhak menikmati sesuatu yang menyenangkan (misal: liburan, makan enak sekali-kali, beli buku baru). Tetapi kita harus mengajarkan juga prioritas dan penguasaan diri. Contoh: Christopher sangat suka mainan. Tapi kami menjatah pembelian mainan hanya 1x dalam setahun yaitu di saat dia berulang tahun. Itu pun dengan syarat sebelum berulang tahun dia harus menyisihkan minimal 4-5 mainan yang sudah tidak dipakainya untuk disumbangkan ke panti asuhan atau korban bencana agar di rumah kami yang mungil ada space untuk menyimpan mainan barunya (1 dari kami, 2 dari kakek-nenek kedua pihak, terkadang 1 atau 2 lagi dari paman bibinya).
    Gitu Chris, semoga bermanfaat kalo ntar udh punya anak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tambahan masukan yang sangat berguna. makasih ci.

      Hapus