Rabu, 22 Januari 2014

Pengunjung "Unik"

Salah satu pengunjung unik

     Jika anda suka mengamati lingkungan di pekerjaan ataupun rumah,pasti anda menemukan manusia "unik." Unik disini berkonotasi baik atau buruk.
     Foto diatas adalah pengunjung "unik" di tempat saya bekerja ."Unik" yang ini,saya artikan berbeda dengan pandangan masyarakat pada umumnya. Dia seorang janda yang tinggal sendirian yang menghuni di komplek tempat saya bekerja. Bila dilihat sekilas tidak ada yang aneh dari dirinya. Hanya saja dia kemana-mana selalu membawa kresek. Tidak hanya satu atau dua,seringkali saya melihat ia membawa hingga lima kresek yang terisi penuh. Belum lagi penampilan yang saya bilang sedikit nyentrik. Tampilan kumal menjadi pemandangan sehari-hari. Dengan pakaian yang itu-itu saja. Tapi setiap hari ia selalu berkunjung ke tempat saya,sekedar bercakap-cakap,maupun membeli sesuatu. Bagi orang lain bisa berpendapat bahwa ia separuh tidak waras. Tapi ketika diajak bercakap-cakap,normal-normal saja. Tidak mengganggu. Hanya perspektif seseorang secara tidak langsung ketika melihatnya menjadi risih padahal ia tidak pernah melakukan hal-hal aneh,hanya bermasalah pada penampilan. Itulah manusia yang selalu menilai dari penampilan. Tidak dapat dipungkiri bahwa penampilan itu hal pertama yang dinilai.
     Ada pula tamu "unik" lainnya,pria paruh baya setiap kali datang "hanya" memesan teh manis hangat,tetapi selalu mengajak kasir berbicara selama kurang lebih 1/2 jam. Tidak perduli kasir sedang dalam kondisi sibuk ataupun santai tetap diajak ngobrol.Saya merasa risih. Ketika saya mencoba mendengarkan secara seksama apa yang orang itu utarakan,sebenarnya ia mempunyai masalah dalam keluarga,salah satu faktor kenapa orang yang sudah tua meminta cerai karena tingkat kesabaran suami istri semakin menipis.Aktifitas di rumah tidak ada,bertatap muka setiap hari,jenuh. Sang istri merasa tidak diperhatikan suami,sang suami menganggap sang istri semakin cerewet dari hari ke hari. Saya hanya belajar untuk mendengarkan. Memahami apa yang terjadi dan memakluminya, walau terkadang saya tidak menanggapi,terutama ketika sedang sibuk. Terkadang cukup dua buah telinga untuk mendengar,tanpa perlu mengeluarkan sebuah kata untuk diucapkan.
     Permasalahan sering timbul disebabkan terlalu banyaknya mata untuk menghakimi,mulut untuk bergosip,telinga untuk mendengarkan berita negatif. Yuk belajar lebih banyak mendengar hal yang positif,memiliki mata yang berbelas kasih,mulut untuk mengucapkan hal yang membangun. Sukarkah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar