Minggu, 21 Juni 2015

Memaksakan Tubuh atau Memanjakan Tubuh ?

     "Dengarkan suara tubuh anda,jangan memaksakan tubuh,tetapi jangan pula memanjakan tubuh, menyebabkan kita tidak mampu mengukur batas ambang tubuh".Bingung memahaminya? Perlu waktu untuk mencerna kata per katanya.
      Kalimat tersebut membuat saya teringang akan kalimat pengharapan. Mengetes ambang batas tubuh kita sendiri sampai titik maksimal. Seringkali kita berhenti padahal masih dapat diupayakan, lebih memilih menyerah daripada bertahan lebih lama. Seringkali saya berdalih ini sudah ambang batas saya,aku sudah tidak sanggup padahal belum tentu,terkadang limit tubuh kita sendiri tidak mengetahuinya. Ketika melampaui ternyata bisa,seperti pemecahan rekor demi rekor yang terjadi baik dalam olahraga maupun bidang ilmu pengetahuan.
     Apakah limitnya? Tidak terbatas. Jika tidak tentu manusia tidak akan meciptakan rekor demi rekor baru bukan ?
     Apakah saya terlalu memanjakan diri? Bisa saja,toh saya tidak pernah menempuh sesuatu yang terlalu ekstrem,saya memilih menjadi suam-suam kuku karena takut cedera,baik fisik maupun mental. Harus mampu melakukan terobosan dalam hidup. Sanggup? Saya belum mencoba jadi belum bisa menjawab. Optimis? Sudah wajib hukumnya, Jika tidak untuk apa melakukannya? Banyak orang yang sukses karena tidak menyerah,dan tidak memperdulikan ucapan nyinyir orang sekelilingnya. Jadi seharusnya itu layak untuk ditiru. Permasalahannya di tahap mau atau tidak untuk berupaya semaksimal mungkin?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar