Jumat, 31 Oktober 2014

Menjadi Kurir...

Tulisan ini dibuat bukan untuk mengeluh atau curhat melainkan untuk berlogika dan berempati pada profesi ini.

      Beberapa hari ini saya mendapatkan tugas untuk mengirim makanan ke beberapa tempat. Dan inilah beberapa kisah saya.

  • Mencari alamat. Salah satu yang menjengkelkan adalah mencari alamat rumah,terutama di komplek perumahan. Dimulai dari gang yang terkadang terpisahkan oleh ganjil genap,akses portal yang banyak ditutup, Bertanya kepada security tentu menjadi salah satu solusi tepat,tetapi terkadang malah menyesatkan. Belum lagi kalau wajah BT security jika ditanya. Wajah masam sudah tampak terlebih dahulu.
  • Satpam. Jika saya datang untuk mengirimkan makanan menggunakan sepeda motor menuju ke komplek perumahan yang cukup elite,saya akan dicegat oleh satpam,ditanyai ada keperluan apa,mau kemana. Untuk pertanyaan tersebut saya masih maklum,tetapi pernahkah anda dimintai KTP ? Saya pun terpaksa menitipkan KTP, Dan yang paling menggelikan adalah saya dibuntuti oleh satpam hingga sampai tujuan. Pantas saja sekarang pencuri menggunakan mobil carteran,karena jika mobil yang datang,semua security langsung memberikan hormat.
  • Menunggu di depan pintu. Satu hal yang cukup mengelikan. Mencari tombol bel rumah. Terkadang ada rumah yang tidak ada bel pintunya. Jadi saya harus ketok-ketok pintu cukup lama,dan menunggu beberapa lama agar sang pembantu keluar. Jika ada pun lokasinya yang tidak kelihatan mata,ada pula rumah tanpa pagar.
  • Yang terakhir,menunggu uang kembalian. Hal ini sebenarnya bisa dihindarkan jika yang memesan makanan menyiapkan uang untuk membayar,tetapi pada kenyataannya banyak orang yang tidak menyiapkannya. Menunggu pun menjadi masalah yang berlarut-larut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar