Sabtu, 03 Januari 2015

Sales,Menjual Barang atau Empati ?

    Pernahkah anda terganggu ketika berada di dalam mall ? Satu hal mengganggu ketika berada di mall adalah kehadiran salesman,walau tak bisa dihindari karena pemilik toko ingin segera mendapatkan pembeli karena banyak kompetitor.
    Bekerjasama dengan yayasan sosial menggunakan mahasiswa sebagai para salesnya sedang marak. Apabila kita membeli item tersebut maka kita turut menyumbang yayasan tersebut. Bagi saya oke-oke saja,tetapi nominalnya tidak disebutkan,dan yang difokuskan adalah memberi sumbangsih kepada mereka yang membutuhkan. Poin yang dijual adalah penunjukkan rasa empati dibandingkan produk yang dijual.
     Jika anda menelusuri lebih lanjut,ternyata mereka adalah marketing semacam voucher makanan seharga 100.000 rupiah,ketika saya telusuri lebih lanjut ternyata sumbangan ke yayasan tersebut hanya 10.000 rupiah,sedangkan marketing dapatt 25%, padahal marketingnya bilang ini untuk tujuan sosial,bla-bla-bla,mereka berucap bahwa mereka adalah mahasiswa yang sedang melakukan tujuan sosial.
     Hal-hal diatas sepertinya telah berubah menjadi trik-trik marketing yang secara tidak sadar menggiring para pedengar untuk membelinya. Ini adalah triknya.
  • Dengan menarik empati terlebih dahulu ,mendeskripsikan para penderita penyakit X,dan anda akan membantu beban mereka melalui pembelian voucher ini.
  • memberikan penawaran sensasional yang mungkin tidak dapat anda tolak. Seperti voucher makanan dan lain sebagainya
  • Pada akhirnya anda akan membeli dengan todongan."Beli 2 atau 3 pak?"
      Hal seperti ini hanya permasalahan pada etika,tapi di dunia seperti sekarang masih adakah hal seperti itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar