Selasa, 12 Mei 2015

Hakata Ikkousha Semangat Semangkuk

     Hal pertama yang terpikir ketika memikirkan ramen adalah Hakata Ikkousha yang terletak di Jalan Hr Mohammad 177D Surabaya. Berhubung pekerjaan saya setiap hari selalu melewati jalan yang terkenal akan kemacetannya tersebut,saya selalu menengok kanan-kiri untuk menghindari stres berlebihan di jalan.
     Jujur secara pribadi selalu menyenangkan menyaksikan Hakata Ikkousha pada awal pembukaan hingga dibukanya cabang di Manyar Kertoarjo 38 Surabaya. Tempat tersebut selalu ramai pengunjung. Membayangkan menjadi pemiliknya tentu menyenangkan bukan? Uang datang mengalir seperti air karena antriannya diluar batas kewajaran. Hingga 20 orang bahkan lebih rela menunggu apalagi jika sudah hari sabtu atau minggu jangan berharap ada ruang kosong untuk anda.
      Pertama kali datang kemari,waktu yang saya pilih adalah pukul 21:00 hari saya lupa harinya,tetapi bukan sabtu maupun minggu. Waktu dimana orang sudah ada di rumah beristirahat atau bercengkrama bersama keluarga saya malah datang kemari. Untuk menghindari antrian dan juga memenuhi rasa penasaran tentu itu adalah hal terlogis yang bisa saya lakukan. Sayangnya waktu itu saya tidak menyempatkan diri untuk berfoto karena udah keburu lapar.
      Akhirnya pada momen yang tepat,yaitu waktu saya belum terlalu lapar,saya berkunjung kembali kemari. Memesan semangkuk Ramen Babi Tamtam seharga 58.000 rupiah belum termasuk service dan pajak.

 Ramen Babi Tamtam
      Untuk rasa saya akui kualitasnya nomor satu,komposisi kaldu,ramen,telur,wijen dan dagingnya pas membuat saya ingin terus kembali kemari. Hanya satu hal yang membuat saya jarang datang kemari. Yaitu soal harga. Ada harga ada kualitas,tapi juga wajib mengukur kedalaman isi dompet. Untuk harga tidak ada kenaikan yang berarti dimulai dari awal buka hingga akhir bulan April 2015,harga semangkuk ramen berada di kisaran 56.000 rupiah. Pun juga pelayanannya optimal dan sigap.


     Foto diatas saya ambil pada pukul 3 sore,tidak ada pengunjung karena ini bukanlah jam makan siang,suasana yang serba kayu pun menambah pesona dari restoran ini. Dengan menjamurnya restoran ramen,saya rasa restoran ini akan tetap berjaya,karena ketika membahas soal makanan tentu rasa adalah hal yang utama.

Sebagai catatan pribadi,saya merasa janggal dengan kalimat semangat semangkuk,apakah karena bahasa Jepang diterjemahkan mentah-mentah ke bahasa Indonesia atau ada makna lain dari moto tersebut? Jika ada waktu saya akan mencoba mencari tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar