Jangan pernah bilang jadi bandar itu pasti enak,bayangkan saja jika yang bertaruh itu tidak bayar atau berhutang,bakal mati tidak? Tapi kembali lagi balik ke managemen keuangannya. Tidak semua petaruh itu "nakal". Banyak yang bertaruh karena iseng,untuk menambah adrenalin ketika menonton sebuah pertandingan. Ada pula yang menjadikannya sebagai sumber penghasilan.
Bandar yang keuangannya bagus adalah bandar yang tidak turut berjudi.Satu-satunya kesalahan yang harus dihindari adalah rasa tamak. Teman saya sebagai bandar ikut bermain sendiri karena emosi.
Ketika seseorang macet bayar ia harus menanggung sebagai bandar. Sedangkan atasannya tidak mau tahu akan pembayaran yang macet,padahal kalau hanya jadi bandar tidak akan mungkin bangkrut. Hanya mempertemukan A dan B saja sudah dapat komisi. Sistemnya pun seperti MLM. Semakin ke atas semakin sedikit komisi tapi omset semakin besar.
Semacet-macetnya orang tidak membayar hutangnya masih lebih besar keuntungan seorang bandar. Anggap kita menyama ratakan seperti ini. Dalam satu putaran ada sepuluh petaruh. 9 orang kalah bertaruh,1 menang taruhan. Bandar masih menang dari 8 orang. 2 orang tidak membayar masih untung dari 6 orang.
Saya mengenal salah satu admin dari bandar ini. Di suatu kesempatan saya bercakap-cakap dengannya.
"Pernah tidak sih bandar kamu sampai rugi ?" Tanyaku
"Tiga bulan belum tentu satu kali,itupun nominalnya kecil."Sahutnya enteng.
"Nominal kecil itu berapa?"
"Dibawah sepuluh juta."
"Emang keuntungan per putaran berapa?"
"Dari Jutaan rupiah hingga ratusan juta bisa didapat dari satu putaran." pungkasnya.
Saya pun tidak habis pikir,3 bulan hanya mengalami kekalahan hanya satu kali. Dan bisa bangkrut.
To be continued.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar