Kamis, 24 Oktober 2013

Pacaran

      Baru berkunjung ke rumah teman,berhubung dia punya pacar maka kadar berkunjung saya kurangi. Mulai dari papa,mama,hingga adiknya aku kenal. Harap maklum,teman perlahan akan tersisihkan lambat laun,demi masa depan bersama sang calon istri.
      Dia sudah akan menikah dalam waktu dekat,yang tanggalnya hingga kini masih dirahasiakan. Yang malah bikin kadar KEPO saya meningkat tajam, tiap kali ditanya jawabannya selalu rahasia,tar aja biar surpise. Haduh...Saya salah kali ya jadi lelaki,yang doyannya penasaran sama urusan orang. Mungkin bakat terpendam saya adalah reporter (nanya keseluruh narasumber sampai mendapatkan berita yang aktual,terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan) Alasan klasik untuk pembenaran diri.
      Mampir ke rumahnya,dia sedang sibuk mengurus undangan pernikahan. Acara saya berkunjung tidak pernah jauh dari minta tolong download,minta tolong ini dan itu,yang selalu dibantu dengan tangan terbuka.Benar-benar teman yang ringan tangan,dan sekali lagi saya minta tolong dibuatkan tampilan baru di blog saya yang sekarang.Dapat dilihat sendiri tingkat kenarsisan saya. Sekalian mencocokan dengan judul Philosophy dengan The Thinker.
     Baru beberapa menit bercakap-cakap, tampak raut mukanya berubah,bingung. Sibuk chat dengan pacar. Sekali lagi memaklumi,mungkin ada masalah,kadarnya semakin intens.Saya datang disaat yang tidak tepat. Untungnya keperluan saya cuma sedikit,jadi tidak berlama-lama. Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam.Tiba-tiba dia bergegas ganti baju,sibuk sendiri,pokoknya terburu-buru. Ternyata sang pacar sakit. Sang pacar kos sendirian di Surabaya. Sudah malam,tidak ada yang bisa dimintai tolong selain pacar. Maka berangkatlah ia ke apotik,membeli obat,lalu diantarnya obat itu ke kos-kosannya. Sedangkan saya pulang ke rumah.
     Pada perjalanan pulang saya merenung. Sampai sebegitukah pengorbanan buat pacar yang notabene belum jadi istri. Sudah menjadi stigma ketika menjadi pacar,perempuan yang berkuasa sedangkan lelaki adalah ajudan/sopir. Yang akan berputar 180 derajat ketika sudah menikah. Lelaki jadi raja,istri jadi pelayan. Walaupun tidak semua begitu.
     Tapi memang itulah cinta,terus diperjuangkan walau mungkin konyol bagi yang melihatnya. Saya sendiri pernah merasakan hal tersebut,walau tidak tahap ekstreme. Rela melakukan sesuatu demi seseorang yang dicintai,walau jika dipikir secara rasional itu hal absurd.
     Bukan wilayah saya untuk menjadi hakim atas segala tindakan konyol yang telah terjadi dan akan terus terjadi hingga anak,cucu,cicit kita.,mungkin cinta itu masih tetap buta. Walaupun masih bisa membedakan mana Mobil Alphard,mana motor bebek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar