Pernah kena jebakan promosi? Mulai dari promo diskon 'up to 70%,buy one get one free',tiket vocher,dan aneka macam yang membuat perasaan berbunga-bunga dan pada akhirnya yang muncul hanya perasaan kecewa?
Bagi yang pernah selamat,bukan hanya anda saja yang terkena jebakan ini. Disini ada saya melihat sisi pembeli yang dituntut untuk jeli dalam memilih,bukan asal langsung datang beli dan bayar. Bagi saya itu jebakan menyesatkan. Jika membuat promo tulisan besar-besar,tapi untuk syarat dan ketentuan berlaku tulisannya kecil sekali. Intinya pengunjung datang dahulu,urusan diskon dan semacamnya bisa diatur ketika tamu sudah datang.
Kesan pertama membuat muak. Orang perlahan-lahan menjadi apatis akan promo tersebut,mengapa tidak bisa langsung jujur dan tanpa embel-embel. Apa yang tertera itu yang dilaksanakan,bahkan ada promo yang sudah lewat masa waktunya masih saja dipajang,ketika ditanya promonya masih ada? Mereka menjawab dengan enteng,maaf pak itu promosi bulan lalu,belum ditarik bannernya. Kecewa lagi.Adu argumen? Malah makin membuat jengkel.
Di sisi lain itulah 'kepintaran marketing' saya kasih tanda " karena buat saya itu penipuan secara halus,bagi yang tidak terlalu ambil pusing misal ke supermarket main bayar aja tanpa cek ulang maka itu keuntungan bagi supermarket tersebut. Apakah bisa disalahkan sebagai human error? mungkin bisa,tapi sisi promosi pun bermasalah. maka dari itu saya menjadi apatis akan diskon2 tipu. Kini customer harus menjadi jeli,kritis,yang kadang bisa dibilang cerewet.
Apakah dengan promosi jujur tanpa embel-embel sukar dilakukan? Seperti menolong tanpa mengharapkan imbalan. Mengharapkan keuntungan terselubung dari sebuah kecerobohan konsumen. Salah siapakah ini? Pembeli/Penjual?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar