Senin, 02 Desember 2013

Loper Koran Indragiri Surabaya

     Bagi yang sering melewati jalan Indragiri arah Mayjen Sungkono Surabaya di pagi hingga sore hari,pasti tahu apa yang akan saya ceritakan. Di perempatan lampu merah,tampak penjual koran yang memakai tongkat. Tulisan kali ini saya mencoba mengisahkan penjual koran ini.
     Setiap hari saya selalu melewati jalan ini dan berpapasan dengan penjual koran ini,satu hal yang saya kagumi adalah ia selalu berjualan koran dari pagi hingga siang hari,terkecuali ketika hujan ia tidak kelihatan berjualan. Hal yang menarik adalah ia berjualan sejak lama dengan memakai tongkat. Saya berpikir kenapa tidak minta-minta aja menjadi pengemis? Hanya perlu modal tampang memelas ingin dikasihani,apalagi dengan tongkat di tangan. Saya yakin banyak yang iba.
     Tetapi ia berbeda,ia menjadi loper koran setiap hari di tempat yang sama selama bertahun-tahun. Saya tahu karena saya setiap hari selalu melewati jalan tersebut. Ia membawa koran di dengan alat bantu yang diikatkan di tubuhnya. Dalam hati saya bergumam,"hebat ya."Jika saya dikondisikan seperti itu mungkin saya memilih mati,atau tinggal di rumah minta dikasihani,tak mau berbuat apa-apa,hanya minta dilayani.
     Hal paling mendasar yang saya dapatkan dari orang ini adalah ia tidak menyerah pada keadaan dan menurunkan derajatnya menjadi seorang pengemis,ia memilih bekerja apa yang ia bisa lakukan. Secara tidak langsung orang menjadi respek terhadap dia. Saya yakin banyak orang yang membeli koran kepadanya dan kembaliannya silahkan diambil. Tetapi orang yang memberi tersebut merasa rela dibandingkan memberi kepada pengemis yang karena keterpaksaan disebabkan rasa tidak nyaman akan kehadiran mereka.
     Walaupun jualan koran dibandingkan menjadi pengemis lebih besar penghasilan pengemis,apalagi baru saja ada berita pengemis membawa uang kontan sebesar 25 juta rupiah,yang hasil penyelidikan polisi adalah hasil meminta-minta selama beberapa minggu.
     Hal terakhir yang ia lakukan adalah selalu mengucapkan kata ajaib dengan lantang "terima kasih"disertai dengan senyuman yang tulus. Senyum dan ucapan terima kasih bagi saya sudah sangat jarang sekali saya temukan di lingkungan saya. Bagi saya sendiri itu adalah setetes embun yang menyegarkan.Pertanyaan saya untuk pembaca,sudahkah anda tersenyum hari ini? Saya sendiri belum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar