Sempatkah anda memandang langit pada malam hari dan menyaksikan bintang? Atau ketika matahari tenggelam anda tiba di rumah,mengunci pintu rumah,memasuki kamar kemudian beristirahat di depan layar kaca hingga terlelap hingga keesokan hari? Atau pada malam hari anda menerobos kemacetan jalan raya,terpaku di depan kemudi,terburu-buru untuk sampai tujuan tanpa memandang langit? Hanya sibuk memandang kemacetan yang terhampar di sepanjang jalan?
Mungkin sudah banyak orang telah melupakan apa yang namanya bintang. Tergantikan dengan lampu sorot yang menerangi jalanan,kelap-kelip lampu taman,terangnya lampu Mall membuat mata berdecak kagum,bahkan baliho yang semakin atraktif dalam menayangkan iklan. Tingginya gedung pencakar langit pun membuat kita malas untuk mendongak ke langit.
Hal sederhana yang telah lama saya lupakan.Bintang.Cahaya temeram di malam hari yang tak terhitung banyaknya.Kini ketika aku mencoba mencari bintang di keheningan malam,mencari sebuah cahaya nun jauh di sana,tak satupun kutemukan. Walau langit tak berawan. Karya yang Tuhan ciptakan tetapi manusia menyia-nyiakannya,bahkan lebih menghargai karya Thomas Alfa Edison yang notabene hanyalah seorang manusia biasa.
Dalam perjalanan pulang pada malam hari,tiba-tiba ingatan masa lalu kembali muncul. Dimana saya bermain di luar rumah,kendaraan masih belum sebanyak sekarang,TV pun hanya tayang pada waktu sore hingga malam hari,mall,plaza pun masih belum berdiri. Semua warga keluar untuk sekedar bercengkrama. Maka memandang langitpun terasa indah. Bintang bertaburan di angkasa raya tak terhitung jumlahnya. Bahkan mencoba menghitung bintang yang muncul pada hari itu,walau hingga hitungan ke sepuluh pun sudah menyerah,mencari rasi bintang seperti apa yang diajarkan pada pelajaran di sekolah.
Kemanakah sekarang perginya bintang? Ia tidak kemana-mana,hanya kita yang dibutakan oleh cahaya lampu,yang disebut polusi cahaya. Akahkah aku bisa memandang ia kembali layaknya masa kecilku dulu? Sukar jika boleh dikatakan mustahil dalam kondisi sekarang. Dimana kota metropolitan layaknya Jakarta atau Surabaya,terus membangun gedung pencakar langit yang seakan ingin menggapai langit,menunjukkan keangkuhan sang pemilik. Akhirnya untuk sekedar menyaksikan bintang saya pun harus lari ke pinggiran kota. Menjauh dari keramaian.MENYEDIHKAN...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar