Jumat, 14 Februari 2014

Mempelajari Dokter Dari Kacamata Orang Awam

Ini adalah salah satu isi demo para Dokter di Indonesia ketika Dokter Ayu ditangkap polisi karena diduga melakukan malpraktek.

1.Sangat prihatin +cemas + ngeri karena dokter dipenjara saat gagal menolong pasien.

2.Jaksa menggunakan pasal-pasal KUHP pembunuhan untuk menjerat dokter=malpraktek jaksa.

3.Emboli/alergi anafilaktik/sindroma steven johnson bisa diprediksi bila gempa bumi sudah bisa            diprediksi.
4.Anak pejabat nabrak orang sampai meninggal-----> bebas !
   Anak artis nabrak orang sampai meninggal---------> bebas !
   Dokter niat baik nolong pasien tapi gagal----------->penjara!

5.Dokter berhasil dianggap biasa,dokter gagal divonis malpraktek,usaha+niat baik tidak dihargai

6.masyarakat dan orang hukum tidak mengerti dan tidak bisa membedakan "efek samping"/komplikasi dari mal praktek

Saya mencoba objektif dalam hal ini sebagai orang awam. Kasus malpraktek itu sukar untuk dibuktikan,disebabkan IDI (Ikatan Dokter Indonesia) sangat kompak dalam menutupi kasus intern mereka. Sebagai orang awam,dapatkah kita paham apa yang para dokter jelaskan. Bahasa dokter yang begitu rumit,yang proses belajarnya pun memakan waktu 4 tahun,menjelaskan ke orang awam akan sia-sia.Bagaimana pembelajaran 4 tahun dijelaskan dalam kurun waktu 30 menit? Walau banyak yang berkata "bagaimana perasaan keluarga korban?"Harap diingat bahwa hidup mati ditangan Tuhan,dokter hanya berusaha membantu menyelamatkan jiwa.
     Saya memiliki teman berprofesi dokter. Ia berkata "Pikirkan berapa biaya untuk menjadi seorang dokter umum? 100 juta pun bisa lebih,setiap hari terus belajar,balik modal butuh berapa lama? Kalau terkenal tak masalah,kalau tak ada pasien bagaimana? Balik modal belum tentu,cuma titel aja yang keren dengan tulisan "dr X".
     Teman saya yang lain bekerja di dua klinik,gajinya dengan buruh masih tinggi buruh. Sekolah tinggi-tinggi penghasilannya sama dengan buruh. Apa bedanya buruh dengan dokter? Anda sendiri yang bisa menjawabnya. Tapi pernahkah mendengar dokter berdemo soal gaji?
     Profesi dokter pun tak lepas dari orientasi uang,walau banyak yang menutupinya dalam kemasan "melayani masyarakat". Dokter juga butuh uang untuk makan,maka dokter pun mencoba untuk berbisnis. Seperti membuka rumah sakit,ataupun klinik spesialis.
     Jangan bilang "suruh siapa jadi dokter". Apakah anda sanggup menjadi dokter? Atau karena ilmu anda tidak cukup ketika tes menjadi calon dokter maka anda mencerca dokter? Dokter juga manusia, bisa melakukan kesalahan,jika seorang chef melakukan kesalahan dalam memasak,ia tinggal mengulanginya dari awal. Kalau dokter?begitu terjadi kesalahan ya harus terus berupaya,kalau bisa dibilang nasi sudah menjadi bubur,mau tidak mau buburnya harus tetap diolah untuk menjadi sesuatu yang tetap lezat.
     Tulisan ini bukan untuk mendukung dokter,tetapi mencoba lebih objektif. Banyak dokter berjuang di pedalaman yang tidak terekspos media,menolong banyak orang,tak terdengar gaungnya,tanpa pamrih. Lebih muliakah anda daripada para dokter tersebut? Sudikah anda menjadi penolong bagi sesama? Atau hanya menjadi pencela yang tidak berbuat apapun,hanya berteriak-teriak untuk memenuhi kebutuhan perut sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar