Rabu, 05 Maret 2014

Bagaimana Menyikapi Kematian ?

     Baru saja dapat kabar,ayah dari teman saya meninggal,padahal baru saja berbincang-bincang menanyakan kabar,semuanya tampaknya lancar,sehat tanpa ada masalah.Penyebab meninggalnya adalah terjatuh dari kamar mandi,ketika dilarikan ke UGD dinyatakan meninggal dunia.
     Usia seseorang tidak ada yang tahu,hanya Tuhan yang memegang kendali walau manusia bisa mempercepatnya melalui bunuh diri,makan makanan tidak sehat dan lain sebagainya.
     Lebih baik meninggal perlahan-lahan atau meninggal secara tiba-tiba? Jika meninggal perlahan- lahan seperti terkena kanker ,tumor,stroke berat,ataupun koma maka akan menjadi beban bagi keluarga. Belum tentu sembuh,tapi sudah pasti mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk berobat. Kalau uangnya banyak tak ada masalah kalau tidak? Bahkan ada yang berujar "orang miskin dilarang sakit." Ke rumah sakit perlu uang,diperiksa dokter memerlukan uang,beli obat pun tak lepas dari uang.
     Jika meninggal cepat,seperti stroke kemudian meninggal,kejadian tak terduga seperti kecelakaan, gempa bumi,tsunami,longsor,banjir ataupun sesuatu diluar kuasa manusia, maka histeria,keterkejutan pada orang yang mendengarnya bak terkena petir di siang bolong. Tapi proses akan lebih cepat,walau kemungkinan trauma akan terjadi.
     Manusia menginginkan kematian yang normal,tetapi masih adakah yang meninggal secara normal? Satu-satunya jawaban meninggal karena faktor usia. Banyak orang tua yang berusia lanjut,masih bisa hidup tetapi sudah dioperasi berbagai macam,mulai pasang ring,dipasang alat bantu pernafasan,dan berbagai macam alat bantu seperti kursi roda. Apakah itu masih bisa dikatakan hidup?
     Tulisan ini akan berkesan tidak sensitif terhadap keadaan,tapi ini adalah pandangan saya pribadi yang coba saya tuangkan.Meninggal baik cepat atau lambat yang terpenting adalah merelakan dan mengetahui bahwa manusia itu pasti akan mati. Tidak ada satupun yang akan luput dari kematian. Begitu banyak orang yang tidak merelakan kepergian orang yang mereka kasihi,meratapi,bahkan menangisi hingga berminggu-minggu maupun bulan. Tak ada yang salah,tapi waktu terus berjalan ke depan,masih ada hidup yang perlu dijalani bagi mereka yang bernafas,menyongsong kehidupan hingga ajal menjemput.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar