Pernah menagih hutang ? Sebagai mantan pegawai koperasi saya sedikit banyak menemukan kesamaan tahap-tahap kelakuan orang apabila ditagih hutang. Inilah pengalaman saya.
Inilah realitas kehidupan,terkadang orang tidak mengetahui sisi lain sebuah kehidupan,ada yang memandang dunia itu semuanya indah,tetapi tidak semua hal itu indah,dan inilah salah satu kegelapan yang saya temui. Semoga bermanfaat.- Pura-pura lupa. Ini yang paling sering saya jumpai. Lupa,jawaban klasik yang tidak bertanggung jawab. Bagaimana seseorang bisa melupakan tanggung jawabnya? Atau karena terlalu menyepelekannya. Seperti biasa,demi uang apapun akan dilakukan,ketika uang sudah didapat,maka lupa pun menjadi sebuah kewajaran.
- Tahap dua. Berjanji akan membayar,menunda pembayaran biasanya akan dilakukan,dengan membuat janji baru dan akan segera membayarnya.
- Tahap ketiga,jika tahap ini terjadi ini adalah lampu kuning bagi siapapun yang memberi hutang. Ditelpon tidak diangkat,di SMS tidak membalas,jika pelaku adalah rekan sekantor,ia akan berusaha menghindar,tidak ingin berpapasan muka,ketika didekati wajah cemberut akan dihadapi para penagih,memberi kode untuk jangan menagih. Pilih uang atau pilih teman?
- Di sela antara tahap ketiga dan akhir ada sebuah jeda,yaitu yang terhutang berkata tidak mempunyai uang,pasrah,rela diperlakukan seperti apapun,menjual segala aset jika hutang dalam jumlah besar. Tahap ini sang penagih tidak boleh menggunakan nurani. Karena uang tidak pernah mengenal rasa kasihan,yang penting uang kembali.
- Tahap akhir atau kronis. Menghilang dari peredaran kantor ataupun rumah. Istilahnya orang tersebut tidak diketahui dimana rimbanya. Karena tumpukan hutang,tidak kuat menghadapi tekanan hidup,maka melarikan diri adalah jalan terakhir yang ditempuh,terkadang menyedihkan ketika menyaksikan sang istri dan anak yang tertekan karena hutang yang umumnya para suami lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar