Sabtu, 08 Maret 2014

Copy Paste

      Tulisan ini bukanlah karya saya,hasil mencomot dari facebook seorang teman,ketika saya lacak melalui google banyak sekali yang memposting tulisan ini. Jadi nikmati sajalah karya ini. Maaf jika mencomot karya orang lain tanpa seijin yang empunya. Semoga tulisan ini menginspirasi.

     Seorang tua merenung,"Dulu saya lahir dari keluarga miskin. Ketika melihat orang kaya, saya bertanya mengapa mereka egois,tidak mau menolong orang miskin memperbaiki masa depan,bahkan mereka malah memandang rendah orang Miskin. Namun,ketika kemudian saya menjadi kaya karena bekerja keras, "Saya merasa orang miskin itu malas,tidak mau berinisiatif, maunya ditolong, iri, tak pernah berterima kasih."
     Mengapa begini?Tak jarang dalam hidup ini,kita punya standar ganda dalam "Menakar & Mengukur". Kita kerap menilai orang lain dari "takaran" atau pandangan subjektif kita & tidak mampu memahami orang lain dari sudut pandang orang itu.Kita kerap menuntut orang lain bersikap & berbuat seperti yang kita mau, padahal kita sendiri belum tentu melakukan yang sebaliknya.Ketika berbuat salah, kita tak mau dihakimi. Sebaliknya, minta dimaafkan & dibantu keluar dari kesalahan.
     Saat membeli,kita menginginkan barang berkualitas dengan harga bagus & akan marah jika dibohongi.Ketika susah,kita mau ditolong. Dan ingin diutamakan. Apabila kita rindu kebaikan,maka kita harus melakukan kebaikan...Apabila kita rindu dimaafkan ketika bersalah,maka kita juga harus memaafkan orang yang bersalah kepada kita...Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu...
     Confucius berujar : Jika kamu tidak suka diperlakukan "jahat" oleh orang lain,maka kamu jangan melakukan "kejahatan" pada orang lain juga pada makhluk lain."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar