Tulisan ini bukanlah karya saya,hasil mencomot dari facebook seorang teman,ketika saya lacak melalui google banyak sekali yang memposting tulisan ini. Jadi nikmati sajalah karya ini. Maaf jika mencomot karya orang lain tanpa seijin yang empunya. Semoga tulisan ini menginspirasi.
Seorang tua merenung,"Dulu saya lahir dari keluarga miskin. Ketika
melihat orang kaya, saya bertanya mengapa mereka egois,tidak mau menolong
orang miskin memperbaiki masa depan,bahkan mereka malah memandang rendah
orang Miskin. Namun,ketika kemudian saya menjadi kaya karena bekerja
keras, "Saya merasa orang miskin itu malas,tidak mau berinisiatif, maunya
ditolong, iri, tak pernah berterima kasih."
Mengapa
begini?Tak jarang dalam hidup ini,kita punya standar ganda dalam
"Menakar & Mengukur". Kita kerap menilai orang lain dari "takaran" atau
pandangan subjektif kita & tidak mampu memahami orang lain dari sudut
pandang orang itu.Kita kerap menuntut orang lain bersikap & berbuat
seperti yang kita mau, padahal kita sendiri belum tentu melakukan yang
sebaliknya.Ketika berbuat salah, kita tak mau dihakimi. Sebaliknya,
minta dimaafkan & dibantu keluar dari kesalahan.
Saat
membeli,kita menginginkan barang berkualitas dengan harga bagus &
akan marah jika dibohongi.Ketika susah,kita mau ditolong. Dan ingin diutamakan. Apabila kita rindu
kebaikan,maka kita harus melakukan kebaikan...Apabila kita rindu
dimaafkan ketika bersalah,maka kita juga harus memaafkan orang yang bersalah
kepada kita...Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan
kepadamu...
Confucius berujar : Jika kamu tidak suka diperlakukan
"jahat" oleh orang lain,maka kamu jangan melakukan "kejahatan" pada orang
lain juga pada makhluk lain."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar