Kamis, 20 Maret 2014

Kemanakah Langit Biruku?


Pemandangan di depan kantor

     Pemandangan di depan kantor adalah apartemen. Membosankan, sukar sekali memandang langit, tertutupi gedung pecakar langit, seakan memandang keangkuhan pemiliknya. Inikah kota metropolitan? Bahkan di pinggiran kota semakin banyak bangunan tinggi,hendak menyalahkan siapa? Salahkan diri sendiri karena tak mampu berbuat apapun.Tanah lapang pun semakin langka,dikuasai para penguasa.
     Ketika memandang ke seberang hanya nampak jendela yang tertutup oleh tirai,privasi yang terjaga,individualistis. Tak tampak seberkas cahaya  kehidupan hingga malam menjelang.Kemanakah mereka? Sibuk bekerja tak kenal lelah, hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari. Apakah manusia sehingga hanya menjalani kehidupan sehari hari layaknya mayat hidup yang berjalan. Tak mau aku menjadi seperti mereka.
     Ini hanyalah rasa jemu, karena terbiasa menatap alam,bahkan ukuran kantor 3x3 terasa sempit sekali, tak ada ruang untuk bergerak.Ketidaknyaman saya yang menggiring untuk menulis.Apa gunanya berkeluh kesah? Sekarang hanya mensyukuri yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar