Tulisan ini saya ambil dari tweet @deelestari. Saya Mencoba mengarsipkan apa yang dibagikan oleh para penulis terkemuka ketika mereka berbagi tips dalam menulis. Dan inilah tips menulis ala Dewi Lestari.
- Level 1: belum pernah menulis tapi mau belajar. Di sini berguna menulis sebanyak-banyaknya, baca sebanyak-banyaknya. Kuantitas dulu. Yang dicari wawasan kreatif.
- Level 2: sudah menulis tapi jarang selesai. Di sini teknik jadi berguna. Menulis dengan tujuan, dengan struktur dan kerangka.
- Level 3: sudah menulis tapi ingin meningkatkan kualitas. Di sini menulis tidak lagi jadi perkara mudah. Bukan lagi kuantitas. Teknik level presisi.
- Jadi pembelajaran menulis memang sebaiknya bertahap. Tergantung kita sdh sampai di mana, dan tujuannya mau ke mana.
- Tantangan setiap level beda-beda. Seperti makan Mak Icih. Jangan rakus di awal, jangan pula terlena di akhir. Karena pembelajaran terus berjalan.
- Untuk buka wawasan kreatif, baiknya jangan loncat langsung ke menulis karya, tapi melatih pikiran peka dulu pada ide.
- Jurnal atau diary adalah pelatihan baik di awal. Tapi jangan berhenti di situ. Begitu diary mau jadi buku, tetap harus pakai teknik dan struktur.
- Di level 2, penulis sudah mulai ngeblog, self-publish, atau menulis 1-2 buku. Saatnya menajamkan kualitas. Jangan terlena.
- Level 3 sebetulnya lebih "berbahaya". Penulis sudah cukup mapan, punya pembaca setia. Di sini penulis bisa mentok kalau berhenti mengembangkan kualitas.
- Kalau kita sudah tahu sudah sampai level mana, kita bisa bikin tantangan sendiri. Contoh: di level 1, baca 1 buku/minggu, bikin 1 blog +/- 400 kata/minggu.
- Di level 2: bikin karya dengan deadline. Contoh populer: gerakan NaNoWriMo (bikin 1 novel +/- 50.000 kata dalam 1 bulan)
- Di level 3, keluar dari comfort zone. Cerpenis mencoba menjadi novelis. Novelis pendek (<50.000 kata), coba bikin yang >75.000 kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar