Kamis, 27 Maret 2014

Merancau Ala Dewi Lestari Mengenai Penulisan

     Tulisan ini saya ambil dari tweet @deelestari. Saya Mencoba mengarsipkan apa yang dibagikan oleh para penulis terkemuka ketika mereka berbagi tips dalam menulis. Dan inilah tips menulis ala Dewi Lestari.
  • Level 1: belum pernah menulis tapi mau belajar. Di sini berguna menulis sebanyak-banyaknya, baca sebanyak-banyaknya. Kuantitas dulu. Yang dicari wawasan kreatif.
  • Level 2: sudah menulis tapi jarang selesai. Di sini teknik jadi berguna. Menulis dengan tujuan, dengan struktur dan kerangka.
  • Level 3: sudah menulis tapi ingin meningkatkan kualitas. Di sini menulis tidak lagi jadi perkara mudah. Bukan lagi kuantitas. Teknik level presisi.
  • Jadi pembelajaran menulis memang sebaiknya bertahap. Tergantung kita sdh sampai di mana, dan tujuannya mau ke mana.
  • Tantangan setiap level beda-beda. Seperti makan Mak Icih. Jangan rakus di awal, jangan pula terlena di akhir. Karena pembelajaran terus berjalan.
  • Untuk buka wawasan kreatif, baiknya jangan loncat langsung ke menulis karya, tapi melatih pikiran peka dulu pada ide.
  • Jurnal atau diary adalah pelatihan baik di awal. Tapi jangan berhenti di situ. Begitu diary mau jadi buku, tetap harus pakai teknik dan struktur.
  • Di level 2, penulis sudah mulai ngeblog, self-publish, atau menulis 1-2 buku. Saatnya menajamkan kualitas. Jangan terlena.
  • Level 3 sebetulnya lebih "berbahaya". Penulis sudah cukup mapan, punya pembaca setia. Di sini penulis bisa mentok kalau berhenti mengembangkan kualitas.
  • Kalau kita sudah tahu sudah sampai level mana, kita bisa bikin tantangan sendiri. Contoh: di level 1, baca 1 buku/minggu, bikin 1 blog +/- 400 kata/minggu.
  • Di level 2: bikin karya dengan deadline. Contoh populer: gerakan NaNoWriMo (bikin 1 novel +/- 50.000 kata dalam 1 bulan)
  • Di level 3, keluar dari comfort zone. Cerpenis mencoba menjadi novelis. Novelis pendek (<50.000 kata), coba bikin yang >75.000 kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar